Bisnis.com, JAKARTA – Emiten produsen cat PT Avia Avian Tbk. (AVIA) bisa mendulang cuan lebih banyak dari potensi pasar cat nasional yang semakin berkembang.
Analis Mirae Asset Sekuritas Rizkia Darmawan menjelaskan, Avian termasuk produsen cat dan pelapis dekoratif terintegrasi vertikal yang terkemuka di Indonesia.
Dengan pasar sebesar 20 persen dan produk-produk dengan brand awareness yang baik serta posisi yang unggul di industri, Avian dapat meningkatkan kinerja lebih baik kedepan.
“Kami percaya laba bersih perseroan akan lebih baik di periode mendatang didukung oleh strategi manajemen untuk meningkatkan average selling price (ASP), pembatasan mobilitas yang jauh lebih longgar selama Idulfitri, dan penambahan pelanggan,” tulis Rizkia dalam risetnya, Kamis (19/5/2022).
Pada kuartal I/2022, penjualan bersih dan laba bersih AVIA cenderung turun masing-masing sebesar 9 persen dan 15,3 persen.
Hal ini disebabkan karena permintaan pada kuartal I/2021 yang lebih tinggi secara tidak normal, serta kondisi pandemi Covid-19 yang berkepanjangan.
Baca Juga
Namun, lanjut Rizkia, pasar cat dan pelapis dekoratif di Indonesia akan bertumbuh dengan compounded annual growth rate (CAGR) hingga 9,8 persen dari 2021-2025.
Pertumbuhan tersebut didukung oleh permintaan perumahan yang lebih tinggi serta meningkatnya pendapatan bebas.
“Menurut pandangan kami, AVIA akan mendapatkan keuntungan maksimal dari potensi pertumbuhan industri ini,” imbuh Rizkia.
Secara keseluruhan Mirae memiliki pandangan positif terhadap AVIA, mengingat posisinya yang solid di industri dan pengelolaan margin serta profitabilitas yang terbukti cukup baik.
Manajemen Avian optimistis dapat meningkatkan profitabilitasnya dengan menerapkan 2 kenaikan ASP tahun ini, yakni pada 1 Mei dan 1 Juli 2022.
Lebih lanjut, pelonggaran pembatasan sosial oleh pemerintah selama Idulfitri dan memperbolehkan masyarakat untuk mudik dapat menjadi sentimen positif bagi AVIA, sebab permintaan cat yang sempat turun akan kembali naik.
Beberapa risiko investasi Avian antaralain yaitu tekanan inflasi berkepanjangan yang dapat menghambat pengeluaran konsumen dan pemulihan harga komoditas yang memakan waktu lebih lama dari perkiraan sehingga memengaruhi harga bahan baku.
Selain itu, adanya kemungkinan gelombang Covid-19 berikutnya yang menyebabkan pembatasan mobilitas masyarakat juga bisa menjadi risiko tersendiri.
Pada perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Kamis (19/5/2022) sesi I, saham AVIA terpantau turun 1,33 persen ke posisi 740. Dalam sepekan, AVIA mencatatkan koreksi 2,61 persen atau setara 20 poin.
Saham dengan kapitalisasi pasar Rp45,85 triliun masih diminati investor domestik dengan pembelian hingga 39,04 persen.