Bisnis.com, JAKARTA - Pasar kripto Bitcoin hingga Stablecoin sedang menghadapi badai penurunan harga di tengah prospek kenaikan suku bunga yang membuat investor beralih dari aset-aset berisiko.
Mata uang kripto telah tersapu dalam aksi jual aset-aset berisiko, yang telah meningkat minggu ini karena data menunjukkan inflasi AS semakin panas, memperdalam kekhawatiran investor tentang dampak ekonomi dari pengetatan bank sentral yang agresif, mengutip Antara.
Aksi jual telah membawa nilai pasar gabungan dari semua mata uang kripto menjadi US$1,2 triliun atau Rp17.400 triliun, kurang dari setengahnya pada November lalu, berdasarkan data dari CoinMarketCap.
Tether, stablecoin yang didukung cadangan yang seharusnya dipatok 1:1 terhadap dolar AS, turun ke level 95 sen di awal sesi global, menurut data harga CoinMarketCap, dan berakhir di 99 sen.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan stablecoin seperti Tether dan TerraUSD belum menimbulkan risiko sistemik pada sistem keuangan.
"Saya tidak akan menggolongkannya pada skala ini sebagai ancaman nyata terhadap stabilitas keuangan, tetapi mereka tumbuh sangat cepat dan mereka menghadirkan jenis risiko yang sama yang telah kita ketahui selama berabad-abad sehubungan dengan rush bank," katanya selama Sidang Komite Jasa Keuangan DPR AS.
Baca Juga
Bitcoin, mata uang kripto terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar, mencapai level terendah US$25.401,05 pada Kamis (12/5/2022) level terendah sejak 28 Desember 2020.
Dalam delapan sesi terakhir, Bitcoin telah kehilangan lebih dari seperempat nilainya, atau sekitar US$10.700, dan jatuh 37 persen sepanjang tahun ini, diperdagangkan jauh di bawah puncak US$69.000 yang dicapai pada November 2021.
Korelasi Bitcoin dengan komposit Nasdaq telah meningkat baru-baru ini dan sekarang mendekati level tertinggi sepanjang masa, berdasarkan data Refinitiv. Komposit Nasdaq telah jatuh sekitar 8,0 persen sejauh bulan ini.
Ether, mata uang kripto terbesar kedua di dunia, jatuh ke level terendah sejak Juni 2021, tenggelam ke level US$1.700.
Stablecoin TerraUSD telah dilanda gejolak dan mematahkan patoknya terhadap dolar AS, yang menyebabkannya jatuh serendah 31 sen pada Rabu (11/5/2022). Pada Kamis (12/5/2022) itu diperdagangkan sekitar 38 sen.
“Sayangnya, dampak dari situasi ini melampaui kerugian material yang diderita oleh investor,” kata Anto Paroian, chief operating officer di dana lindung nilai aset kripto ARK36.
"De-pegging kemungkinan akan menghasilkan risiko regulasi yang substansial - jika bukan untuk seluruh ruang kripto, maka tentu saja untuk pasar stablecoin."
Stablecoin adalah token digital yang dipatok dengan nilai aset tradisional, seperti dolar AS. Namun, TerraUSD adalah stablecoin algoritmik, atau "terdesentralisasi", dan seharusnya mempertahankan patok dolarnya melalui mekanisme kompleks yang melibatkan menukarnya dengan token mengambang bebas lainnya.