Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Masih Tertekan Dolar AS, Ditutup Melemah Lampaui Rp14.600

Nilai tukar rupiah ditutup terkoreksi 14,5 poin atau 0,10 persen menembus Rp14.612 per dolar AS.
Uang dolar dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (26/4/2022) Bisnis/Himawan L Nugraha
Uang dolar dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (26/4/2022) Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah melemah pada penutupan perdagangan Jumat (13/5/2022) tertekan penguatan indeks dolar ke level tertinggi selama 20 tahun.

Mengutip data Bloomberg, Jumat (13/5/2022), mata uang Garuda terkoreksi 14,5 poin atau 0,10 persen menembus Rp14.612 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS melemah 0,26 persen ke 104,57 setelah sempat menyentuh 104,85. 

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar naik ke level tertinggi baru 20 tahun karena berlanjutnya kekhawatiran bahwa tindakan bank sentral untuk menurunkan inflasi yang tinggi akan menghambat pertumbuhan ekonomi global, meningkatkan daya tarik mata uang safe-haven.

Data dari Departemen Tenaga Kerja menunjukkan klaim pengangguran awal mingguan naik ke level tertinggi dalam tiga bulan, meskipun pasar tenaga kerja tetap menjadi kekuatan ekonomi AS. Di sisi inflasi, indeks harga produsen menunjukkan perlambatan tajam di bulan April ke kenaikan 0,5% dari lonjakan 1,6% bulan sebelumnya.

"Investor telah mencoba untuk menilai seberapa agresif jalur kebijakan bank sentral nantinya. Ekspektasi sepenuhnya diperhitungkan untuk kenaikan lain setidaknya 50 basis poin pada pertemuan bank sentral bulan Juni," ungkap Ibrahim mengutip FedWatch, dalam riset Jumat (13/5/2022).

Ibrahim menjelaskan, saat ini investor condong ke aset safe-haven seperti dolar AS karena kekhawatiran telah meningkat tentang kemampuan Fed untuk menekan inflasi tanpa menyebabkan resesi, serta dampak dari perang di Ukraina dan meningkatnya kasus Covid-19 di China yang melemahkan permintaan. 

Kekhawatiran tentang lingkungan stagflasi yang berkepanjangan dari pertumbuhan yang lambat dan harga yang tinggi juga telah mengurangi selera terhadap risiko.

Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan kepada Komite Jasa Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat AS yang mendengar bahwa Fed dapat menurunkan inflasi tanpa menyebabkan resesi karena pasar kerja dan neraca rumah tangga AS yang kuat, biaya utang yang rendah dan sektor perbankan yang kuat.

Ketua Fed Jerome Powell juga dikonfirmasi oleh Senat AS untuk masa jabatan kedua.

Dari sisi internal, berdasarkan data Bank Indonesia, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir April 2022 tetap tinggi sebesar 135,7 miliar dolar AS, meskipun menurun dibandingkan dengan posisi pada akhir Maret 2022 sebesar 139,1 miliar dolar AS. 

Penurunan posisi cadangan devisa pada April 2022 antara lain dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan antisipasi kebutuhan likuiditas valas sejalan dengan meningkatnya aktivitas perekonomian.
 
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,9 bulan impor atau 6,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
 
Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi.
 
Pada bulan ini, cadangan devisa tersebut berisiko semakin menurun jika melihat nilai tukar rupiah yang terus tertekan dan capital outflow yang terjadi di pasar obligasi. BI tentunya akan lebih banyak melakukan intervensi. Ketika cadangan devisa perlu digunakan untuk melakukan intervensi, pasokan devisa justru akan semakin seret di bulan ini. Pasalnya, pemerintah melarang ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan semua produk turunannya.

CPO yang termasuk dalam ekspor HS 15 (lemak dan minyak hewani/nabati) merupakan salah satu penopang neraca perdagangan Indonesia hingga mampu mencetak surplus dalam 23 bulan beruntun. Kontribusinya terhadap total ekspor menjadi yang terbesar kedua setelah HS 27 (bahan bakar mineral) yakni batu bara.
 
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) nilai ekspor HS 15 sepanjang kuartal I/2022 mencapai US$7,9 miliar mengalami kenaikan lebih dari 13 persen dari periode yang sama tahun lalu. Setiap bulannya ekspor CPO dan produk turunannya tersebut berada di kisaran US$2,5 miliar - US$3 miliar. 

Nilai tersebut tentunya akan lenyap jika sepanjang bulan ini ekspor CPO masih dilarang, pasokan devisa pun menjadi seret.

Untuk perdagangan pekan, Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun  ditutup melemah di rentang  Rp.14.600 - Rp14.660.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper