Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo menunjukkan aksinya makin gencar mendukung perkembangan industri kendaraan listrik di Indonesia. Salah satu perusahaan tambang nikel, sebagai bahan baku baterai, PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) siap memberikan dukungan.
CEO INCO Febriany Eddy mengatakan salah satu proyek yang akan menjadi pendukung rencana pemerintah pada proyek kendaraan listrik adalah Proyek Pomalaa, yang akan digarap bersama perusahaan asal China, Shejiang Huayou Cobalt Company (Huayou).
Febri mengungkapkan proyek tersebut sudah mendapatkan banyak perizinan kunci, namun secara keseluruhan belum tuntas.
“Tapi progresnya bagus. Ada perubahan besar dalam beberapa periode ini bisa kita percepat, izin utama seperti amdal dan lainnya sudah dapat, udah go ahead. Ada 1 -2 lagi, tapi kami lihat komitmen pemerintah juga baik,” ungkap Febri, dikutip Selasa (10/5/2022).
Terkait dengan kendaraan listri, Febri mengatakan INCO punya modal untuk itu dengan sumber daya nikel yang cukup banyak.
“Yang Vale tekankan kita harus ada keseimbangan dengan lingkungan dan sosial. Mobil listrik kan timbul dari adanya climate change, jadi dari awal sampe ujung harus mendukung langkah itu. Kami di Pomalaa akan menggunakan energi terbarukan dalam smelter nikelnya, niat kita baik masa nggak didukung sama pemerintah,” ungkapnya.
Baca Juga
Bersama dengan rekanan terbarunya, Huayou, proyek nikel di Pomalaa bisa memproduksi sampai dengan 120.000 ton per tahun. Jumlah ini lebih besar tiga kali lipat dari dengan kerja sama sebelumnya, bersama dengan Sumitomo 40.000 sekarang bisa up to 120.000.
Bersama dengan Huayou, Febri juga mengatakan proyek akan bisa berjalan lebih cepat dan lebih efisien. Pasalnya, Huayou sudah punya pengalaman dalam proyek serupa.
Proyek Pomalaa juga ditargetkan dapat menyelesaikan proses konstruksi dalam waktu tiga tahun dan dapat beroperasi secara bertahap.
Dalam kerja sama ini, Huayou akan membangun dan melaksanakan Proyek High Pressure Acid Leaching (HPAL) Pomalaa, dan Vale akan memiliki hak untuk mengakuisisi hingga 30 persen saham Proyek HPAL Pomalaa tersebut.
Pada proyek ini, Vale juga berkomitmen untuk meminimalkan jejak karbon proyek dengan tidak menggunakan pembangkit listrik tenaga batu bara.
Pada kuartal I/2022 sendiri, volume produksi nikel dan matte perusahaan tercatat turun menjadi 13.827 ton pada kuartal I/2022, dari 17.015 ton pada kuartal IV/2021 dan 15.198 ton pada kuartal I/2021. Volume penjualan juga turun menjadi 13.486 ton dibandingkan dengan volume pada kuartal I/2021 sebesar 14.847 ton.
Meski demikian, harga realisasi rata-rata meningkat menjadi US$17,432/ton sepanjang kuartal I/2022. Sementara pada kuartal I/2021 harga realisasi rata-rata adalah US$13.912/ton.
“Meskipun produksi lebih rendah karena sedang berlangsungnya pembangunan kembali tanur listrik 4, kami mampu menghasilkan EBITDA yang lebih tinggi, laba yang lebih tinggi, dan saldo kas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya,” kata Febriany melalui keterangan resmi, Selasa (10/5/2022).
INCO mencatat pendapatan sebesar US$235,1 juta pada kuartal I/2022 atau turun 12 persen dibandingkan dengan pendapatan kuartal IV/2021 US$266,7 juta. Sementara itu, beban pokok pendapatan INCO turun 29 persen dari US$201,0 juta pada kuartal IV/2021 menjadi US$142,3 juta pada kuartal I/2022, sejalan dengan penurunan volume produksi pada kuartal pertama tahun ini.