Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus merunduk hingga akhir perdagangan setelah dibuka usai libur Lebaran. Pelemahan IHSG tertekan oleh pelemahan saham big caps yang terkena aksi jual dari investor asing.
Berdasarkan data Bloomberg pada Senin (9/5/2022), IHSG terpantau melemah 4,41 persen ke level 6.910 pada pukul 14.26 WIB. Sejak awal tahun, IHSG masih tumbuh 5,02 persen.
Penurunan kali ini menjadi yang pertama kalinya membawa kembali indeks komposit ke level 6.000.
Beberapa saham yang menyeret turun performa IHSG adalah saham-saham berkapitalisasi besar hingga menyentuh auto reject bawah (ARB). Saham BBRI dan BMRI misalnya, sama-sama turun 6,98 persen masing-masing menjadi Rp4.530 dan Rp8.325,
Selanjutnya saham TLKM turun 6,49 persen menjadi Rp4.330 dan saham BBCA turun 6,15 persen menjadi Rp7.650. Saham anyar GOTO juga turun menekan IHSG dengan penurunan 6,62 persen menjadi Rp254.
Investor asing terpantau keluar dari pasar saham Indonesia dengan melakukan aksi jual atau net sell senilai Rp2,11 triliun. Hingga akhir April 2022, investor asing masih mencatatkan beli bersih atau net buy senilai Rp72,16 triliun sejak awal tahun.
Baca Juga
Tim Riset Eastspring Investment menjelaskan bahwa pelemahan IHSG pada hari pertama diperdagangkan setelah libur pekan Lebaran mengikuti penurunan indeks saham di AS maupun regional Asia.
“[Indeks saham] cenderung mengalami pelemahan setelah Bank Sentral AS [The Fed] menaikkan suku bunga sebesar 50 bps pada pertemuannya bulan Mei,” tulis Tim Riset Eastspring, Senin (9/5/2022).
Tak hanya menaikkan suku bunga, Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) juga mengindikasikan rencana bank sentral mengurangi pembelian obligasi sebesar US$47,5 miliar per bulan mulai 1 Juni 2022.
Lebih lanjut, kenaikan suku bunga di Negeri Paman Sam memang tak seagresif yang diperkirakan konsensus ekonom. Namun, kekhawatiran laju inflasi yang kian tinggi hingga prospek perlambatan ekonomi global membuat selera investasi menjadi hambar.
“Terutama hal ini disertai juga dengan ketidakpastian imbas dari China yang masih menerapkan lockdown untuk menangani kenaikan kasus Covid-19 terutama di Shanghai,” tulis Eastspring.
Eastspring yang merupakan salah satu manajer investasi terbesar di Indonesia dengan dana kelolaan Rp85,15 triliun per 30 Desember 2021 melihat pelemahan IHSG ini tidak akan berlangsung lama.
Kenaikan harga komoditas global seperti batu bara dan minyak kelapa sawit diperkirakan akan menjadi penopang gerak IHSG. Pasalnya, kedua komoditas tersebut merupakan andalan ekspor Indonesia yang seyogiyanya dapat meningkatkan kinerja emiten di sektor tersebut.
“Naiknya harga komoditas akan menjadi angin segar dan diperkirakan akan mendatangkan optimisme aliran dana asing karena sebagian besar indikator makro Indonesia dipengaruhi oleh komponen ini, seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, neraca perdagangan bahkan hingga stabilitas rupiah,” tulis Eastspring.
Di sisi lain, beberapa faktor yang dapat membebani gerak IHSG dalam jangka pendek bisa berasal dari ketidakpastian akibat pengetatan moneter di AS dan perkembangan pandemi Covid-19 di dunia.