Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Sejumlah Faktor jadi Batu Sandungan IPO di Semester I/2025

Tren IPO melandai pada semester I/2025. Dengan kondisi pasar yang mulai stabil, diperkirakan aksi IPO akan lebih marak jelang akhir tahun.
Pengunjung beraktivitas di dekat layar pergerakan saham gabungan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Senin (28/4/2025)./ JIBI/Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Pengunjung beraktivitas di dekat layar pergerakan saham gabungan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Senin (28/4/2025)./ JIBI/Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Jumlah aksi penawaran saham perdana ke publik (initial public offering/IPO) pada semester I/2025 tergolong sepi dibandingkan periode yang sama 2024 karena sejumlah tantangan baik global maupun dari sisi regulasi.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), terdapat 14 emiten baru yang melakukan IPO di Bursa dengan total dana yang dihimpun Rp7,01 triliun pada semester I/2025.

Jumlah ini masih cukup jauh dari target BEI sebanyak 66 perusahaan tercatat tahun ini. Sementara itu, pipeline IPO yang dimiliki BEI saat ini diisi oleh 20 calon emiten. 

Jumlah perusahaan IPO pada semester I/2025 relatif lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada 2024. Tercatat, sebanyak 25 emiten melepas saham perdananya ke publik pada Januari-Juni 2024. Meskipun, raupan dana IPO pada semester I/2025 naik jika dibandingkan semester I/2025 yang meraup dana segar dari IPO hingga Rp3,95 triliun.

Associate Director Pilarmas Investindo Maximilianus Nicodemus mengatakan penurunan jumlah aksi IPO didorong salah satunya karena seleksi yang mulai ketat dijalankan oleh regulator yakni Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BEI pada tahun ini. Kondisi ketatnya seleksi IPO dinilai berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. 

"Meskipun yang melantai berjumlah sedikit, namun kami berharap secara kualitas akan meningkat yang berpotensi memikat para pelaku pasar dan investor untuk berinvestasi," kata Nicodemus kepada Bisnis pada Selasa (1/7/2025).

Menurutnya, saham yang melantai di Bursa apabila memiliki fundamental kuat, prospek yang menarik, tentu akan membuat pelaku pasar dan investor juga masuk berinvestasi. 

Selain itu, penurunan kuantitas perusahaan yang IPO diakibatkan adanya situasi dan kondisi global yang memberikan ketidakpastian sehingga membuat banyak perusahaan menahan ekspansi melalui IPO dan cenderung wait and see.

Adapun, pada paruh kedua 2025, menurut Nicodemus tantangan global akan mereda, dan mendorong perusahaan untuk ekspansi, termasuk mempertimbangkan meraup dana dari IPO. Proyeksi penurunan suku bunga acuan pada paruh kedua 2025 juga menurutnya mendorong perusahaan ekspansi dan lahirnya aksi IPO.

VP Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi menilai minimnya aksi IPO pada paruh pertama 2025 terjadi dalam kondisi yang cenderung penuh tantangan. Terdapat sentimen likuiditas yang terbatas, seiring dengan The Fed yang masih belum menurunkan suku bunga acuannya sehingga mendorong capital outflow. 

Sentimen pasar cenderung negatif baik dari data dalam negeri maupun dari luar negeri, seperti deflasi bulanan, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang berada di bawah 5% pada kuartal I/2025 hingga depresiasi rupiah. 

"Selain itu, tensi geopolitik di Timur Tengah dan kebijakan tarif AS cenderung membuat investor wait and see, dan juga lebih selektif dari sektoral," ujar Audi kepada Bisnis pada Selasa (1/7/2025).

Pada paruh kedua 2025, Audi memperkirakan gairah IPO bisa saja meningkat. Akan tetapi, IPO skala besar masih akan didominasi dari konglomerasi dibandingkan dengan BUMN. Pertimbangannya, pasca terbentuknya sovereign wealth fund (SWF) Danantara, pengelolaan aset BUMN diambil alih, sehingga pada tahun ini Danantara akan berfokus pada restrukturisasi BUMN.

Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy mengatakan sepinya aksi IPO pada 2025 didorong oleh pasar yang sedang tidak dalam kondisi bullish. Selain itu, meski jumlah IPO berkurang, namun nilai raupan dana IPO meningkat yang menandakan hadirnya emiten-emiten besar.

Menurutnya tren sepinya jumlah IPO akan juga terjadi pada paruh kedua 2025 didorong oleh seleksi ketat yang kemudian mendorong lahirnya emiten-emiten berkualitas.

"Saya pikir semester II/2025 ini masih tidak berbeda dengan semester I/2025 yaitu sekitar belasan saja [jumlah IPO]. Yang penting dikejar adalah kualitas emiten baru, bukan kuantitas seperti tahun lalu," kata Budi kepada Bisnis pada Selasa (1/7/2025).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Dwi Nicken Tari
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper