Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau semakin melemah setelah pembukaan perdagangan Senin, (9/5/2022) pasca Lebaran.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga pukul 10.37 WIB IHSG terlihat lesu dengan penurunan hingga 4,29 persen atau setara 310,12 poin ke level 6.917,69.
Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta menjelaskan, salah satu faktor merosotnya IHSG disebabkan adagium “sell in May and go away” masih relevan pada Mei 2022.
“Sebelumnya saya sudah pernah ngobrol dengan teman-teman pewarta lainnya bahwasanya adagium ‘sell in May and go away’ masih relevan pada Mei 2022,” ujar Nafan kepada Bisnis, Senin (9/5/2022).
Adagium "sell in May and go away" cukup dikenal di dunia pasar modal. Momentum Mei dinilai sebagai waktu yang tepat bagi emiten untuk menekan risiko dengan rebalancing portofolio.
Fenomena ini ditandai dengan hengkangnya investor dari pasar modal, khususnya dari saham-saham dengan risiko tinggi.
Baca Juga
Di Indonesia, umumnya transaksi di bursa akan sedikit berkurang saat bulan Ramadan hingga pekan Lebaran. Otomatis, jumlah dan volume transaksi akan berkurang sehingga menekan IHSG secara keseluruhan.
Terlebih ada beberapa sentimen yang turut mempengaruhi pergerakan IHSG hari ini, seperti kenaikan suku bunga acuan The Fed hingga 50 bps. Secara historis, bulan Mei juga tidak kondusif bagi IHSG untuk mencatatkan performa ciamik.
Nafan membeberkan, level support IHSG hari ini berada pada 6.889 dan 6834. Adapun untuk level resistance di 6.978 dan 7.006.
Dalam risetnya, Senin (9/5/2022) Head of Research Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya menjelaskan ada beberapa hal yang diperhatikan investor pada perdagangan pasar hari ini, yakni nilai produk domestik bruto (PDB) dan inflasi.
“PDB kuartal I/2022 Indonesia, konsensus Bloomberg memperkirakan 4.95 persen year-on-year, dan inflasi yang diperkirakan konsensus Bloomberg naik 3,32 persen yoy,” ujar Hariyanto.
Pada penutupan perdagangan pekan sebelum Lebaran, (28/4/2022) IHSG terlihat menguat dipimpin oleh sektor energi dan perbankan seperti BMRI, BBRI, ASII, ADRO, dan UNTR.
Hal ini seiring dengan harga batu bara yang favorable dan laba bersih bank-bank besar yang cukup kuat.