Bisnis.com, JAKARTA— Kebijakan The Fed menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin akan turut berdampak terhadap pergerakan pasar saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah libur Lebaran 2022.
Bank sentral AS Federal Reserve alias The Fed akhirnya mengumumkan kebijakan kenaikan suku bunga 50 basis poin usai rapat FOMC, Kamis (5/5/2022) dini hari waktu Indonesia.
Kebijakan tersebut akan membuat kisaran target untuk suku bunga dana federal mencapai 0,75 persen hingga 1 persen, dibandingkan kisaran sebelumnya yang berada pada rentang 0,25 persen hingga 0,5 persen.
Berdasarkan catatan Bloomberg, ini merupakan kenaikan paling agresif yang pernah dilakukan The Fed sejak tahun 2000. The Fed mengatakan bahwa kenaikan ini terpaksa ditempuh demi menetralisir kondisi inflasi AS.
Associate Director of Investment and Research Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menjelaskan bahwa kenaikan suku bunga sudah diperkirakan sebelumnya. Menurutnya, kenaikan 50 basis poin bukanlah sesuatu yang mustahil terjadi.
Nico memprediksi stabilitas pasar pasti bergejolak. Menurutnya, volatilitas dipastikan meningkat ketika perdagangan saham buka setelah Lebaran.
Baca Juga
“Oleh sebab itu, Bank Indonesia pun pasti akan bereaksi dengan menaikkan tingkat suku bunga alih-alih menggunakan inflasi sebagai alasannya meskipun memang inflasi kita [Indonesia] akan tinggi karena adanya lebaran yang diprediksi inflasi akan berada di atas 3 persen,” paparnya kepada Bisnis, Kamis (5/5/2022).
Dia menjelaskan bahwa inflasi yang tinggi dan tingkat kenaikan tingkat suku bunga The Fed sebanyak 50 bps akan menjadi alasan bagi Bank Indonesia menaikkan tingkat suku bunga. Akan tetapi, capital inflow ke dalam pasar keuangan Indonesia menurutnya akan membuat Bank Indonesia mempertimbangkan dengan matang sebelum menaikkan tingkat suku bunga.
“Spread premium tingkat suku bunga antarnegara juga akan menjadi perhatian Bank Indonesia untuk menjaga jangan sampai terjadi capital outflow. Apabila Bank Indonesia tidak melakukan apa-apa, mungkin pasar justru akan kecewa dan berimbas negatif terhadap pasar saham khususnya obligasi,” jelasnya.