Bisnis.com, JAKARTA — PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) akan memperkuat portofolio produk di segmen premium. Langkah ini merupakan salah satu strategi perseroan untuk menjaga pertumbuhan bisnis ke depan.
Presiden Direktur Unilever Indonesia Ira Noviarti mengatakan kontribusi konsumen menengah ke atas 5 tahun lalu hanya di kisaran 45-46 persen. Namun, dia memperkirakan porsi tersebut akan meningkat menjadi 55 persen dalam 5 tahun mendatang, seiring dengan potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Bisa dikatakan pertumbuhan middle-upper consumer di Indonesia tumbuh dengan rate yang luar biasa. Lima sampai 7 dari sekarang bisa meningkat menjadi 55 persen. Jadi perubahannya cukup besar dan pertumbuhan segmen ini lebih cepat daripada segmen menengah atau bawah,” kata Ira dalam konferensi pers, Kamis (28/4/2022).
Potensi pertumbuhan konsumsi dari kelompok menengah ke atas, lanjut Ira, bisa menjadi peluang bagi Unilever Indonesia untuk memperkuat posisi produk premium di pasar. Dia mengemukakan bahwa sejauh ini Unilever Indonesia merupakan salah satu pemimpin pasar di segmen menengah, sementara pangsa untuk segmen middle-upper berada di kisaran 28—30 persen.
“Kami sekarang memiliki pangsa pasar yang kuat di middle segment, sementara upper segment pangsa pasar kami sekitar 28-30 persen. Kami memiliki kesempatan untuk meningkatkan pangsa di segmen middle-upper ini dan ini ditempuh dengan memperkuat portofolio di produk premium,” lanjutnya.
Meski memiliki visi untuk memperkuat kekuatan produk di segmen menengah ke atas, Ira memastikan perseroan tidak akan mengabaikan segmen produk menengah dan menengah bawah. Dia mengatakan Unilever Indonesia akan tetap menjamin ketersediaan produk bagi seluruh konsumen di berbagai segmen.
Baca Juga
Terlepas dari profitabilitas segmen produk menengah ke bawah yang tidak terlalu besar, Ira mengatakan peluang di segmen ini tetap menjanjikan. Unilever Indonesia akan lebih selektif dalam bermain di segmen ini.
“Kami harus memastikan bisa memenuhi kebutuhan seluruh konsumen Indonesia di segmen itu. Caranya dengan menjamin produk di segmen ini bisa dijangkau oleh konsumen/ Apakah dengan magic price, low unit point, atau dengan harga yang terjangkau,” kata Ira.
Penjualan bersih Unilever tercatat mencapai Rp10,8 triliun, 5,40 persen lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada kuartal I/2021 sebesar Rp10,28 triliun.
Penjualan domestik yang menyumbang 95,9 persen dari total penjualan tercatat naik 5,8 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp10,39 triliun, dari Rp9,82 triliun. Sementara itu, penjualan ekspor turun 3,87 persen YoY dari Rp458,05 miliar pada kuartal I/2021 menjadi Rp440,31 miliar.
Seiring dengan kenaikan penjualan, harga pokok penjualan Unilever turut terkerek naik dari Rp4,88 triliun pada kuartal I/2021 menjadi Rp5,56 triliun pada kuartal I/2022. Perusahaan tercatat berhasil menekan beban pemasaran dan penjualan dari Rp2,17 triliun pada kuartal I/2021 menjadi Rp1,98 triliun pada kuartal I/2022.
Kinerja tersebut membuat laba bersih Unilever naik 19,02 persen YoY menjadi Rp2,02 triliun pada kuartal I/2022 dari Rp1,69 triliun pada periode yang sama di tahun sebelumnya.