Bisnis.com, JAKARTA - Emiten angkutan laut, PT Wintermar Offshore Marine Tbk. (WINS) mencetak pertumbuhan pendapatan sepanjang kuartal I/2022. Kendati demikian, rugi bersih perseroan menanjak akibat awak kapal yang terkena Omicron membuat kapal harus karantina.
Total pendapatan Wintermar naik 3 persen secara tahunan pada kuartal I/2022 menjadi US$10,5 juta, dengan pendapatan sewa yang lebih kuat mengimbangi pendapatan kapal milik yang turun terkait penundaan karena Covid-19.
Sayangnya, perseroan mencatatkan rugi bersih yang diatribusikan kepada pemegang saham meningkat pada kuartal I/2022 menjadi US$1,8 juta dibandingkan dengan rugi US$0,34 juta pada kuartal I/2021. EBITDA untuk kuartal ini adalah US$1,7 juta turun dari US$4,3 juta pada kuartal I/2021.
Investor Relations Wintermar Offshore Marine Pek Swan Layanto menjelaskan perusahaan terkena dampak yang cukup parah akibat lonjakan infeksi Omicron pada armada, yang menyebabkan perpanjangan penundaan dimulainya operasi di charter internasional maupun domestik pada kuartal I/2022.
"Pendapatan kapal milik menurun namun hal ini terkompensasi oleh lonjakan pendapatan dari divisi chartering dan jasa lainnya," paparnya dalam keterangan resmi, Jumat (29/4/2022).
Kendati demikian, harga minyak melonjak pada kuartal I/2022 akibat dari perang di Ukraina dan sanksi terhadap minyak dan gas Rusia.
Baca Juga
Dampak berupa kekurangan pasokan minyak kemudian telah memicu peningkatan investasi pada kegiatan eksplorasi minyak serta kebangkitan proyek-proyek pengeboran di kawasan Asia.
Adapun, kontribusi pendapatan dari kapal milik menurun karena beberapa kapal terinfeksi Covid-19 pada kuartal I/2022 dan harus dikarantina.
Pergantian awak kapal secara darurat dilaksanakan, tetapi pendapatan terdampak penalti karena adanya penundaan akibat karantina tersebut, sementara biaya tetap yang lebih tinggi dikeluarkan karena kapal telah diawaki penuh untuk mengantisipasi on-hire.
Gaji awak kapal sebesar US$2,1juta, tidak mengalami perubahan secara tahunan, sedangkan biaya operasi dan maintenance masing- masing naik 40 persen dan 23 persen secara tahunan terkait persiapan untuk kontrak-kontrak baru.
Bahan bakar secara signifikan lebih tinggi pada US$0,67 juta karena adanya biaya mobilisasi dan demobilisasi internasional kapal akibat perbedaan lokasi antara on-hire dan off-hire kapal.
Hal ini menyebabkan penurunan pendapatan kapal milik sebesar 21 persen menjadi US$6,6 juta, sementara biaya langsung naik sebesar 10 persen.
Akibat 4 dari 6 kapal yang diakuisisi sejak kuartal IV/2021 menjalani docking dan reaktivasi pada kuartal I/2022, pendapatan kapal ini belum didapat sementara biaya sudah mulai dikeluarkan. Semua hal ini menyebabkan kerugian kotor sebesar US$0,58 juta dari Divisi Kapal Milik.
Sementara itu, laba kotor dari chartering melonjak 260 persen menjadi US$0,37 juta dengan penambahan tiga kontrak baru di Brunei, sementara divisi layanan lainnya mencatat peningkatan laba kotor sebesar 49 persen menjadi US$0,38 juta.
Laba kotor kuartal I/2022 tercatat US$0,18 juta turun dibandingkan dengan US$2,1 juta pada kuartal I/2021.
Kontribusi terbesar kenaikan biaya tidak ;angsung seiring kenaikan gaji karyawan yang meningkat sebesar 47 persen karena bonus diskresi tahunan yang dibayarkan pada Maret, dan peningkatan jumlah karyawan.
"Perusahaan juga melakukan penyesuaian gaji pada 2021 membalikkan sebagian besar pengurangan gaji yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan ketika awal melandanya Covid-19 pada 2020. Dengan peningkatan biaya tidak langsung, perusahaan mencatatkan rugi usaha sebesar US$1,18 juta," katanya.