Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Outlook Utang Indonesia Naik Jadi Stabil, Pasar Obligasi Dapat Sentimen Positif

Analis mengungkapkan perubahan outlook diperkirakan mampu mendukung stabilitas rupiah dan pergerakan yield di pasar keuangan
ilustrasi investasi obligasi
ilustrasi investasi obligasi

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom mengungkapkan meningkatnya outlook utang Indonesia menjadi stabil dari sebelumnya negatif turut memberikan sentimen positif bagi pasar obligasi Indonesia dalam jangka pendek. 

Chief Economist Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan defisit APBN yang cenderung mengecil mengindikasikan pengelolaan keuangan negara sangat pruden dan bahkan dalam pagu indikatif APBN 2023. 

Oleh karena itu, defisit fiskal diperkirakan akan kembali ke kondisi normal yakni 3 persen terhadap Produk Nasional Bruto (PDB). Di mana hal ini menjadi cerminan dari peningkatan aktivitas ekonomi Indonesia yang kemudian jadi pertimmbangan S&P dalam meningkatkan outlook Indonesia. 

Adapun hal tersebut ungkapnya berimplikasi pada kondisi utang pemerintah yang cenderung menurun dan selanjutnya menunjukkan debt sustainability yang terus membaik. 

“Perubahan outlook ini diperkirakan mampu mendukung stabilitas rupiah dan pergerakan yield di pasar keuangan,” ujar Josua.  

Di sisi lain, Josua menyampaikan bahwa permintaan dari investor asing terhadap Surat Berharga Negara (SBN) domestik cenderung turun selama ketidakpastian global yang meningkat sejak bulan Februari 2022, akibat sentimen The Fed, maupun dari risk-off akibat perang Rusia-Ukraina. 

Sementara dari sisi pasar primer, Josua melihat terjadi penurunan, baik dari penawaran yang masuk atau incoming bids maupun bid-to-cover ratio, mulai dari akhir Februari hingga saat ini. 

Sedangkan, dari sisi pasar sekunder, investor asing ungkapnya cenderung mencatatkan aksi jual di bulan Maret, di mana tercatat bahwa kepemilikan asing turun hingga Rp48,35 triliun. 

Aksi jual dari investor asing pun masih terus terjadi hingga bulan ini yang terefleksi dari penurunan kepemilikan SBN sebanyak Rp5,76  triliun per tanggal 22 April 2022 lalu. 

“Kondisi tersebut kemudian mendorong pelemahan dari obligasi, sehingga yield SBN cenderung meningkat hingga melebihi 60 basis poin (bps) di tahun ini,” kata Josua. 

Pelemahan yield Indonesia menurut Josua cenderung serupa jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia, dengan adanya peningkatan sebanyak kurang lebih 60 bps - 80 bps. 

Josua pun mengungkapkan ke depannya, selama sentimen hawkish dan tensi geopolitik masih tinggi, potensi terjadinya capital outflow masih relatif tinggi di pasar obligasi. 

“Namun, di paruh kedua 2022 mendatang, ketika sentimen tersebut diperkirakan sudah mulai mereda, permintaan secara gradual akan pulih, sehingga mendorong penurunan yield,” papar Josua. 

Di akhir tahun sendiri, Josua memperkirakan yield SBN Indonesia tenor 10 tahun akan berada pada kisaran 6,8 persen hingga 7,0 persen. 

Berdasarkan data worldgovernmentbonds.com, imbal hasil SBN bertenor 10 tahun dengan rating BBB berada di level 7,09 persen pada Kamis (28/4/2022), Selama sebulan terakhir, imbal hasil SBN Indonesia telah melemah sebesar 27,2 bps. Sedangkan dalam enam bulan terakhir telah melemah sebesar 85,6 bps.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper