Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IMF Pangkas Prospek Pertumbuhan Ekonomi, Harga Minyak Mentah Anjlok

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni anjlok 5,91 poin atau 5,22 persen dan ditutup di US$107,25 per barel.
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah anjlok pada akhir perdagangan Selasa (19/4/2022), di tengah kekhawatiran permintaan setelah Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dan memperingatkan tekanan inflasi.

Dilansir Antara, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni anjlok 5,91 poin atau 5,22 persen dan ditutup di US$107,25 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Mei anjlok US$5,65 atau 5,22 persen ke US$102,56 per barel.

Pada awal perdagangan Rabu (20/4), minyak WTI menguat 0,26 persen atau 0,27 poin ke level US$102,83 per barel.

Harga minyak merosot meskipun OPEC+ mencatat produksi lebih rendah sebesar 1,45 juta barel per hari (bph), di bawah target pada Maret, karena produksi Rusia mulai menurun menyusul sanksi yang dikenakan oleh Barat atas invasinya ke Ukraina.

Rusia memproduksi sekitar 300.000 barel per hari di bawah targetnya pada bulan Maret sebesar 10,018 juta barel per hari, berdasarkan sumber sekunder, laporan tersebut menunjukkan.

OPEC+, yang mengelompokkan OPEC dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, bulan lalu menyetujui peningkatan produksi minyak bulanan sebesar 432.000 barel per hari pada bulan Mei, menolak tekanan oleh konsumen utama untuk memompa minyak lebih banyak.

IMF menurunkan perkiraannya untuk pertumbuhan ekonomi global hampir satu poin persentase penuh, mengutip invasi Rusia, dan mengatakan bahwa inflasi sekarang menjadi "jelas dan menghadirkan bahaya" bagi banyak negara.

Prospek bearish menambah tekanan harga dari perdagangan dolar pada level tertinggi dua tahun. Greenback yang lebih kuat membuat komoditas-komoditas yang dihargai dalam dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, yang dapat mengurangi permintaan.

Presiden Bank Federal Reserve Chicago, Charles Evans pada hari Selasa (19/4) mengatakan The Fed dapat menaikkan kisaran target kebijakan suku bunganya menjadi 2,25 persen hingga 2,5 persen pada akhir tahun, tetapi jika inflasi tetap tinggi kemungkinan akan perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut.

Sementara itu, Presiden Bank Federal Reserve St. Louis James Bullard mengatakan bahwa pada hari Senin (18/4) bahwa inflasi AS "terlalu tinggi" ketika dia mengulangi pernyataannya untuk meningkatkan suku bunga menjadi 3,5 persen pada akhir tahun guna memperlambat apa yang sekarang menjadi angka inflasi tertinggi 40 tahun.

Perkiraan pertumbuhan IMF yang lebih rendah, bersama dengan Cadangan Minyak Strategis yang melaporkan bahwa stok darurat turun 4,7 juta barel pada hari Senin (18/4). "Menyebabkan beberapa kegelisahan," kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group.

Kekhawatiran atas pertumbuhan permintaan sudah menjadi fokus setelah jajak pendapat pendahuluan Reuters pada hari Senin (18/4) menunjukkan persediaan minyak mentah AS cenderung meningkat minggu lalu.

Ekonomi China melambat pada bulan Maret, memperburuk prospek yang sudah melemah oleh pembatasan Covid-19 dan konflik di Ukraina. Permintaan bahan bakar importir minyak terbesar di dunia tersebut dapat mulai meningkat karena pabrik-pabrik bersiap untuk dibuka kembali di Shanghai.

Penurunan harga pada hari Selasa (19/4/2022) mengikuti kenaikan lebih dari satu persen pada hari Senin (18/4) ketika harga minyak mencapai level tertinggi sejak 28 Maret karena gangguan pasokan minyak Libya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper