Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penerbitan Obligasi Korporasi Tahun Ini Bakal Lebih Tinggi, Simak Pendorongnya

Selain pertimbahan biaya kupon, ada faktor kebutuhan ekspansi dan refinancing yang bisa tetap mendorong potensi penerbitan obligasi korporasi tahun ini.
Pialang berjalan di Gedung Bursa Efek Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian
Pialang berjalan di Gedung Bursa Efek Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA — Penerbitan surat utang pada 2022 diperkirakan tetap lebih tinggi dibandingkan dengan 2021, terlepas dari adanya potensi kenaikan imbal hasil alias yield surat utang negara (SUN) yang bisa membuat korporasi membayar bunga yang lebih besar.

Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengatakan kenaikan imbal hasil SUN bakal memperbesar potensi pembayaran kupon oleh korporasi yang lebih besar jika risk premium-nya tetap. Namun, Handy menilai korporasi bisa mengurangi potensi biaya yang lebih besar dengan menerbitkan surat utang bertenor lebih pendek.

“Selain pertimbahan biaya kupon, ada faktor kebutuhan ekspansi dan refinancing yang bisa tetap mendorong potensi penerbitan obligasi korporasi tahun ini,” kata Handy, Selasa (19/4/2022).

Handy menjelaskan ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada 2022 mendorong korporasi untuk ekspansi tahun ini sehingga membutuhkan alternatif pembiayaan.

Di sisi lain, Handy mengemukakan nilai obligasi korporasi yang jatuh tempo tahun ini juga cukup tinggi. Sejak April hingga Juni 2022 terdapat total Rp43,52 triliun surat utang yang akan jatuh tempo. Hal ini mendorong korporasi menerbitkan surat utang baru untuk refinancing.

Adapun untuk sektor-sektor yang berpotensi menerbitkan obligasi, dia mengatakan deretan sektor dalam pipeline pemeringkatan Pefindo bisa menjadi gambaran tren tahun ini.

Sebelumnya, Ekonom sekaligus Kepala Divisi Riset Ekonomi Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Muliadi Widjaja mengatakan kenaikan yield SUN tahun ini bisa mendorong minat investor pada obligasi korporasi. Namun, kenaikan imbal hasil SUN bisa menjadi sentimen negatif bagi korporasi.

Muliadi mengatakan kenaikan imbal hasil SUN memperbesar risiko gagal bayar. Adapun yield SUN acuan tenor 10 tahun tercatat telah mencapai 7,06 persen.

“Tentunya kita berharap kalau yield SUN-nya naik akan tetapi peringkat korporasinya cukup baik dan stabil, maka kita perkirakan minat investor akan meningkat,” ungkap Muliadi dalam acara konferensi pers Pefindo secara virtual, Selasa (19/4/2022).

Jika mengasumsikan investor di pasar obligasi merupakan investor yang rasional dan menghindari risiko, Muliadi berpendapat para investor akan cenderung lebih berhati-hati meskipun terjadi kenaikan yield SUN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper