Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat ditutup bervariasi pada akhir pekan, Jumat (8/4/2022) waktu setempat lantaran investor terus menghitung langkah kebijakan Federal Reserve selanjutnya.
Berdasarkan data Bloomberg, Sabtu (9/4/2022), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 0,40 persen atau 137,55 poin ke 34.721,12, S&P 500 melemah 0,27 persen atau 11,93 poin ke 4.488,28, dan Nasdaq anjlok 1,34 persen atau 186,30 poin ke 13.711,0.
Komentar baru dari pejabat Fed tetap menjadi fokus, karena pejabat The Fed yang lain menawarkan serangkaian komentar yang beragam tentang jalur kebijakan ke depan untuk bank sentral.
Presiden Fed St. Louis James Bullard mengatakan pada Kamis (7/4/2022) bahwa dia ingin Fed mencapai antara 3 persen dan 3,25 persen pada fed funds rate pada paruh kedua tahun ini, menyiratkan kenaikan suku bunga yang lebih agresif dan terdepan dalam waktu dekat.
Bullard adalah satu-satunya pembangkang dalam pertemuan Fed untuk Maret 2022, menyerukan kenaikan suku bunga 50 basis poin yang lebih besar versus kenaikan 25 basis poin yang akhirnya terjadi.
Adapun pernyataan sebelumnya minggu ini menunjukkan anggota lain dari bank sentral juga menyambut gagasan pengetatan kebijakan. Gubernur Fed Lael Brainard mengatakan bahwa Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) siap untuk mengambil tindakan yang lebih kuat, jika angka inflasi tetap tinggi dan menjamin langkah tersebut.
Baca Juga
Sementara dalam risalah pertemuan Fed yang dirilis Rabu sore, bank sentral mengungkapkan bahwa banyak peserta lebih suka kenaikan suku bunga 50 basis poin, dan juga menyarankan The Fed bersiap-siap untuk segera menyusutkan neracanya.
Namun, pejabat Fed lainnya menawarkan pendekatan yang lebih terukur untuk menaikkan suku bunga. Dalam sambutannya Kamis, Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan akan tepat untuk memindahkan suku bunga acuan mendekati posisi netral, menyarankan serangkaian kenaikan suku bunga yang tidak tergesa-gesa.
Secara keseluruhan, pertemuan The Fed setidaknya untuk sementara membantu saham menghentikan serangan volatilitas terbaru mereka dari awal pekan ini, dan menjaga imbal hasil obligasi AS lebih stabil setelah kenaikan tajam. Imbal hasil tenor 10 tahun bertahan di sekitar 2,6 persen untuk level tertinggi sejak 2019.
“Pasar sebenarnya harus mencerna banyak informasi hawkish dari The Fed selama beberapa hari terakhir. Pasar telah berada dalam mode penjualan. Dan saya pikir [Kamis] akhirnya mendapat kesempatan untuk mengambil nafas dan menyadari bahwa pasar saham terutama memiliki beberapa hal positif yang sebenarnya sedang terjadi," kata Kevin Nicholson, Chief Investment Officer of Global Fixed Income, RiverFront Investment Group kepada Yahoo Finance Live.