Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Analis: GOTO dan Perusahaan Teknologi Lain Tidak Bisa Divaluasi dari Dividen

Dalam perusahaan teknologi seperti GoTo yang masih membukukan kerugian, investor mencari pertumbuhan sahamnya bukan dividen.
Paparan publik penawaran umum perdana saham atau IPO PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. pada Selasa (15/3/2022).
Paparan publik penawaran umum perdana saham atau IPO PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. pada Selasa (15/3/2022).

Bisnis.com, JAKARTA - Pencatatan saham emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) kian di depan mata. Analis menyarankan investor mempertimbangkan karakter investasinya, sebelum masuk membeli saham GOTO.

Head of Research Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma mengatakan, GOTO memiliki ekosistem yang terus berkembang dan besar. Investor perlu memperhatikan bagaimana GOTO menjaga ukuran ekosistem tersebut.

"Memang perusahaan seperti ini, yang perlu diperhatikan growth-nya. Kalau investor mencari dividen, jangan investasi di sini. Yang investasi di sini investor yang ingin growth-nya tinggi," kata Suria dalam Webinar Bisnis Indonesia 'Prospek Cuan Saham Teknologi', Senin (4/4/2022).

Dia melanjutkan, perusahaan digital tidak bisa divaluasi melalui dividen, karena di awal mengalami kerugian. Investor bisa menggunakan perhitungan relative valuation, seperti gross merchandise value (GMV) atau gross transaction value (GTV) untuk memberikan valuasi kepada perusahaan digital.

"Istilahnya omzet, berapa yang ada di ekosistem bertransaksi dan jumlahnya berapa. Perusahaan seperti ini yang dicari growth-nya. Ini bedanya, value stock sudah mencapai keuntungan, sedangkan growth masih mengalami kerugian," ucapnya.

Selain itu, investor juga dapat melihat valuasi perusahaan teknologi dengan membandingkannya dengan perusahaan lain yang sejenis di regional, apakah valuasinya lebih murah atau mahal.

Adapun dalam riset Samuel Sekuritas sebelumnya, hingga Juli 2021, GOTO mencetak GTV sebesar Rp244 triliun atau naik 28 persen yoy dengan pendapatan kotor sebesar Rp7 triliun, merefleksikan 2,8 persen take rate.

GOTO kemudian harus mengurangi pendapatan kotor tersebut dengan beban promosi, sesuai dengan PSAK 72, yang membuat GOTO memiliki pendapatan bersih Rp2,5 triliun, setara dengan 1 persen take rate.

Menurutnya, take rate ini masih lebih kecil dibandingkan dengan Sea Ltd yang memiliki 6,9 persen take rate atau Grab Ltd sebesar 5,7 persen pada tahun 2021. Rendahnya angka take rate ini diatribusikan kepada rendahnya take rate dari segmen fintech services yang berkontribusi terhadap 37 persen dari total GTV di 2020.

"Dengan menggunakan asumsi pertumbuhan GTV 28,7 persen, maka GOTO akan memiliki GTV sebesar Rp538 triliun di 2022, membuatnya memiliki valuasi yang relatif lebih premium dibandingkan peersnya di 0,7x–0,8x," tulis Samuel Sekuritas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper