Bisnis.com, JAKARTA - Meskipun pada hari ini, Selasa (29/02/2022), harga minyak mengalami penurunan hingga menyentuh level US$112,48 per barel, harga diprediksi terus mengalami kenaikan. Terlebih, sanksi embargo minyak masih diterapkan bagi Rusia yang menyebabkan terganggunya pasokan minyak.
Tercatat, harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) hingga 25 Maret 2022 mengalami kenaikan menjadi 114,68 dolar AS per barel, padahal bulan sebelumnya masih di posisi US$95,72 per barel.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut bahwa kenaikan harga minyak mentah dunia saat ini belum memasuki masa puncak, sehingga diperkirakan pergerakan kenaikan harga minyak akan masih terus berlanjut.
Baca Juga
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji mengatakan, berdasarkan studi yang dilakukan Functional Government Initiative (FGI), harga minyak mentah saat ini belum mencapai puncaknya.
"Harga minyak saat ini belum masuk puncak gangguan akibat impor minyak Rusia oleh beberapa negara. Diperkirakan Brent akan terdorong sampai dengan US$130 per barel," sebut Tutuka dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI, Selasa (29/03/2022).
Alasannya, terganggunya 4 juta barel per hari ekspor minyak Rusia baru akan terasa dampak negatifnya pada akhir Maret ini. Dengan kondisi tersebut, maka harga minyak mentah jenis Brent diperkirakan akan terdongkrak hingga mencapai level US$130 per barel. Selain minyak bumi, harga gas alam juga diprediksi terkerek naik akibat naiknya harga minyak.
"Demikian juga harga gas yang cenderung naik karena berkurangnya suplai gas bumi," imbuh Tutuka.
Menurut Tutuka, kestabilan harga migas di pasar global dipengaruhi oleh hasil pembicaraan damai yang akan dilakukan di Turki.
"Perbaikan harga gas dan minyak bumi sangat dipengaruhi oleh upaya perdamaian krisis Ukraina - Rusia. Harga minyak dunia sangat berpengaruh ke harga BBM dalam negeri," pungkas Tutuka.