Bisnis.com, JAKARTA — Harga saham PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA) dinilai berpotensi naik berlipat dari level penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) seiring kekuatan fundamental hingga rekam jejak pemiliknya, Prajogo Pangestu.
CDIA akan resmi listing perdana dengan melepas 12,48 miliar saham atau persisnya 12.482.937.500 lembar saham, setara 124.829.375 lot pada hari ini, Rabu (9/7/2025).
Pada penawaran umum, berdasarkan fixed allotment atau penjatahan pasti, saham Chandra Daya Investasi mengalami total kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 15,06 kali.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia yang dikutip Selasa (8/7/2025), total pesanan saham CDIA mencapai 187,98 miliar saham atau tepatnya 187.983.031.700 lembar saham, dari rencana 12,48 miliar saham atau setara 10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah penawaran umum perdana.
Adapun Chandra Daya Investasi, emiten berkode saham CDIA tersebut telah mematok harga IPO Rp190 per saham sehingga perseroan meraup dana segar maksimal senilai Rp2,37 triliun.
Founder & CIO Stockwise Andry hakim menuturkan bahwa CDIA merupakan salah satu calon emiten yang paling ditunggu pelaku pasar lantaran dinilai memiliki peluang besar untuk mencatatkan kenaikan signifikan.
Baca Juga
Proyeksi itu tidak terlepas dari saham-saham IPO terafiliasi Prajogo Pangestu, seperti PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) yang sempat mencatatkan lonjakan setelah resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Maret 2023.
“Kalau lihat historisnya, saham CUAN dulu IPO di Rp200 dan sempat naik sampai Rp10.000. Jadi, potensi seperti itu bukan hal mustahil untuk CDIA,” ujar Andry dalam diskusi daring bersama Mirae Asset Sekuritas, Selasa (24/6/2025).
CDIA merupakan bagian dari konglomerasi Barito Pacific Group milik Prajogo Pangestu melalui kepemilikan 60% oleh PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA).
Andry menyatakan reputasi Prajogo Pangestu sebagai tokoh utama dalam grup tersebut menjadi faktor penting dalam meningkatkan kepercayaan pasar terhadap prospek jangka panjang CDIA yang bergerak di sektor infrastruktur.
“Dari CDIA itu kebetulan pemiliknya sudah kompeten. Kalau dilihat saham-sahamnya dari semua IPO selalu naik, dari BREN [PT Barito Renewables Energy Tbk.] CUAN, dan semua sahamnya rata-rata meningkat,” tukasnya.
Dia pun memproyeksikan saham CDIA bisa mencapai level Rp1.000 dalam jangka 1–2 tahun dengan catatan kondisi makroekonomi dan pasar saham mendukung.
Senada, Direktur Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada menambahkan CDIA berpeluang mengikuti pola pergerakan BREN yang naik signifikan, mengingat tingginya minat investor.
Namun, Reza memandang investor tetap perlu mencermati prospek bisnis ke depan. Keberlanjutan bisnis CDIA bakal dipengaruhi oleh arah perekonomian dan kompetisi di sektor terkait.
“Perusahaan di sumber daya energi itu bukan hanya CDIA. Ada beberapa perusahaan lain yang bergerak di energi listrik dan dipasarkan ke pihak lain. Perlu dilihat persaingan di industri ini, sehingga apakah ke depan bisa menopang pertumbuhan kinerja mereka,” tambah Reza.
Sementara itu, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta mengungkapkan IPO CDIA cukup disorot investor karena berpeluang meningkatkan kapitalisasi pasar IHSG secara signifikan.
Mirae Asset memperkirakan nilai kapitalisasi pasar dari calon emiten terafiliasi Prajogo Pangestu ini mencapai Rp23,7 triliun.
Peningkatan kapitalisasi pasar, lanjutnya, juga mendorong perbaikan likuiditas IHSG sekaligus menciptakan ruang manuver lebih luas bagi investor.
“Market cap CDIA berpotensi naik begitupun harga sahamnya. Otomatis ini bisa meningkatkan likuiditas IHSG. Apalagi emiten-emiten terafiliasi Prajogo Pangestu berkomitmen penuh dalam penerapan good corporate governance,” ucap Nafan.
Namun, pelaku pasar perlu mewaspadai potensi tekanan arah global, terutama menjelang tenggat kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat yang dijadwalkan pada 9 Juli 2025.
Oleh karena itu, Nafan menyarankan investor untuk tetap mencermati saham dengan prospek fundamental yang solid dan menerapkan strategi akumulasi secara selektif.
“Strateginya adalah accumulate stocks with solid prospects, gunakan strategi buy on dip, dan manfaatkan manajemen risiko secara efektif,” pungkasnya.
CDIA diketahui mematok harga IPO sebesar Rp190 per saham sehingga bakal meraup dana Rp2,37 triliun dari aksi go public. Harga itu ditetapkan berdasarkan hasil penawaran awal atau bookbuilding yang berlangsung pada 19-24 Juni 2025 pada rentang Rp170 hingga Rp190 per saham.
Berdasarkan prospektus ringkas IPO yang dipublikasikan di koran Bisnis Indonesia, Selasa (1/7/2025), manajemen CDIA menjabarkan kondisi pasar saat bookbuilding dilakukan dengan mempertimbangkan rasio-rasio perusahaan sejenis yang telah tercatat di BEI, termasuk price to earnings ratio (PER) dan price to book value (PBV).
Harga IPO yang dibanderol Chandra Daya Investasi sebesar Rp190 per saham mencerminkan PER 36,38 kali dan PBV 1,96 kali berdasarkan posisi keuangan perusahaan per 31 Desember 2024.
Rasio itu memperhitungkan jumlah saham beredar pasca penawaran umum sebanyak 124.829.374.700 saham. Selain itu, penghasilan komprehensif CDIA pada 2024 tercatat sebesar Rp525,48 miliar dan jumlah ekuitasnya Rp12,08 triliun. Selain itu, laba per saham tahun berjalan CDIA tercatat sebesar Rp5,22 dan book value per saham senilai Rp96,76.