Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah nama menghiasi daftar konglomerat di Indonesia tahun 2022 ini. Sebut saja keluarga Hartono, Widjaja, dan Salim yang menduduki posisi teratas.
Melansir data Indonesia’s 50 Richest 2021 Forbes dengan data terbaru (27/3/2022), menempati posisi orang terkaya di Indonesia nomor satu ada R. Budi dan Michael Hartono. Dua bersaudara ini mendapatkan kekayaan terbanyak dari investasi mereka di Bank Central Asia (BCA).
Selain itu, ada sejumlah nama konglomerat lain yang tidak asing, seperti grup Salim, Chairul Tanjung pemilik CT Corp, Theodore Permadi Rachmat atau TP Rachmat, dan masih banyak lagi.
Berikut ulasan selengkapnya:
- Hartono Bersaudara
Budi dan Michael Hartono Keluarga Hartono memiliki total kekayaan sebesar US$42,6 miliar. Mereka membeli saham BCA pada saat krisis ekonomi sedang melanda di tahun 1997-1998. Investasi itu berbuah manis pada akhirnya, mengingat hingga saat ini mereka masih menduduki singgasana orang terkaya nomor satu di Indonesia.
Selain dari investasi saham BCA, kekayaan keluarga Hartono juga berasal dari rokok kretek Djarum yang diinisiasi oleh sang ayah, Oei Wie Gwan. Saat ini usaha rokok tersebut dijalankan oleh putra Budi, Victor Rachmat Hartono.
Baca Juga
Keluarga Hartono pun mendulang kekayaan dari diversifikasi bisnis lainnya, seperti sektor elektronik melalui merek dagang Polytron, bisnis perkebunan dan hutan tanaman industri, properti, dan e-commerce.
- Keluarga Widjaja
Mengantongi kekayaan senilai US$9,7 miliar, keluarga Widjaja pemilik Grup Sinarmas ini mewarisi kerajaan bisnis milik sang Ayah, Eka Tjipta Widjaja yang meninggal pada Januari 2019 lalu dalam usia 98 tahun.
Memulai usahanya dengan menjajakan biskuis saat remaja, saat ini usaha keluarga Widjaja bergerak di berbagai bidang, seperti produksi kertas, properti, perawatan kesehatan, perbankan, agrobisnis, dan telekomunikasi.
Freddy Widjaja sempat melakukan gugatan hak waris dari sang ayah kepada saudara-saudaranya. Akte wasiat dari pendiri Grup Sinar Mas senilai Rp737 triliun yang dilayangkan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tersebut akhirnya ditolak hakim.
- Anthoni Salim
Kekayaan Anthoni Salim, pendiri Grup Salim ini mencapai total US$8,5 miliar. Kekayaan keluarga Salim di tahun 2021 meningkat signifikan di tahun sebelumnya yang masih berada di angka US$5,9 miliar.
Bisnisnya bergerak di bidang ritel, perbankan, telekomunikasi, energi, dan makanan.
CEO Indofood ini setidaknya memperoleh pendapatan dari perusahaan pembuat Indomie tersebut senilai US$5,8 miliar. Pencapaian itu membawa Indofood menjadi salah satu produsen mie instan terbesar di dunia.
Selain itu, keluarga Salim juga memiliki saham di perusahaan investasi yang terdaftar di Hong Kong, yaitu First Pacific, dengan aset senilai US$27 miliar di 6 negara.
Anak bungsu dari tiga bersaudara mendiang Liem Sioe Liong, taipan yang dekat dengan almarhum presiden Suharto selama puluhan tahun ini sempat mengalami kerugian karena merosotnya Bank Central Asia saat krisis ekonomi tahun 1998, yang kemudian diambil alih oleh keluarga Hartono.
- Sri Prakash Lohia
Total kekayaan Sri Prakash Lohia mencapai US$6,4 miliar. Mayoritas kekayaannya didapat dari usaha di bidang industri petrokimia. Lelaki asal India ini pindah ke Indonesia sejak tahun 1970-an dan mendirikan perusahaan pembuat benang pintal yaitu Indorama Corporation bersama ayahnya.
Saat ini, perusahaan tersebut memproduksi bahan baku produk industri seperti pupuk, poliolefin, bahan baku tekstil, dan sarung tangan medis.
Lohia menjalankan bisnisnya dari London, sedangkan adik laki-lakinya yang juga seorang miliarder, Aloke Lohia, tinggal di Thailand dan menjalankan bisnis pembuatan polimer bernama Indorama Ventures Public Co.
- Prajogo Pangestu
Prajogo Pangestu mengawali usahanya di bisnis kayu pada akhir tahun 1970-an. Saat ini, kekayaan yang diperolehnya mencapai US$5,8 miliar. Perusahaannya, Barito Pacific Timber mulai go public pada 1993 dan berganti nama menjadi Barito Pacific.
Tahun 2007, Barito Pacific mengakuisisi 70 persen perusahaan petrokimia Chandra Asri, kemudian di tahun 2011 Chandra asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia dan menjadi produsen petrokimia terbesar di Indonesia.
Kinerja saham PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) juga tercatat cukup baik, dengan pertumbuhan 4,07 persen year-to-date (ytd), meski hari ini (28/3/2022) terkoreksi 5 poin ke posisi 895.
Chairul Tanjung atau biasa dikenal dengan panggilan CT memiliki kekayaan senilai total US$7,9 miliar. Pendiri CT Corp ini terkenal berkat kartu kredit Bank Mega yang menawarkan banyak promosi, hingga mengelola Transmart dan Trans Studi serta menjalankan stasiun televisi Trans TV.
Kelompok usaha CT juga tercatat menguasai waralaba Wendy’s di Indonesia, tak ketinggalan merek-merek terkenal seperti Versace, Mango, dan Jimmy Choo.
Ayah dari Putri Tanjung ini memiliki saham di maskapai penerbangan Garuda Indonesia, yang tengah bernegosiasi dengan kreditur untuk restrukturisasi utang yang mencapai nilai US$10 miliar.
Selain itu, saham Allo Bank milik CT juga melonjak hampir 100 kali lipat di tahun 2021 di tengah pesatnya pertumbuhan perbankan digital di Indonesia.
- Susilo Wonowidjojo
Kekayaan pendiri Gudang Garam Susilo Wonowidjojo dan keluarga mencapai angka US$4,8 miliar. Pengusaha rokok yang berdiri sejak tahun 1958 ini memproduksi setidaknya 90 miliar batang rokok pada tahun 2019.
Gudang Garam mulai melakukan ekspansi bisnis ke bidang infrastruktur, salah satunya terlibat dalam pembangunan jalan tol di tahun 2019 dan ikut serta membangun Bandara Dhoho di Kediri, Jawa Timur.
Pekan lalu, kinerja saham Gudang Garam (GGRM) sempat mengalami penurunan cukup tajam yang menyentuh auto rejection bawah (ARB) di Rp31.225 per sahamnya.
- Boenjamin Setiawan
Kekayaan juragan farmasi Boenjamin Setiawan ada di angka US$4,2 miliar. Pendiri perusahaan farmasi Kalbe Farma ini mengantongi gelar doktor di bidang farmakologi, dan merintis Kalbe Farma sejak tahun 1966 bersama dengan kelima saudara kandungnya.
Kalbe Farma saat ini tercatat sebagai perusahaan farmasi terbesar di Indonesia. Emiten saham dengan kode KLBF itu juga mencatatkan kinerja yang cukup baik. Dalam 6 bulan terakhir, KLBF mencatatkan kenaikan hingga 19,93 persen atau naik 275 poin ke posisi 1.655 di pasar bursa.
Selain itu, lelaki yang akrab disapa “dr. Boen” ini pun mengelola rumah sakit Mitra Keluarga yang memiliki 25 cabang di seluruh Indonesia.
- Jogi Hendra Atmadja
Konglomerat consumer goods Jogi Hendra Atmadja tercatat mengantongi kekayaan sebesar US$4,1 miliar. Lelaki berusia 75 tahun ini mendirikan Grup Mayora yang terkenal di bidang pengolahan makanan dan minuman, di antaranya produk kopi, permen, biskuit, dan sereal. Salah satu merek permen kopi buatannya, Kopiko, laku terjual di lebih dari 100 negara.
Keluarga Atmadja mulai merintis bisnis dengan usaha biskuis dari rumah tahun 1948. Pada tahun 1977, Grup Mayora pun dibentuk.
- Bachtiar Karim
Berikutnya di posisi ke-10 orang terkaya di Indonesia, ada pengusaha sawit Bachtiar Karim pendiri perusahaan Musim Mas. Musim Mas adalah perusahaan pengelola kelapa sawit terintegrasi yang mencatatkan penjualan US$6,9 miliar pada tahun 2020 lalu.
Sebelumnya, mendiang ayah Bachtiar, Anwar, mendirikan pabrik sabun Nam Cheong pada tahun 1932. Saat itu, keluarga mereka masih menggeluti usaha pembuatan sabun dan margarin.
Tahun 1970, keluarga Bachtiar Karim membuka kilang minyak sawit pertama di Indonesia, kemudian mendirikan Musim Mas dua tahun kemudian.
Selain 10 nama tersebut, masih ada 40 nama lagi yang menghiasi daftar orang terkaya di Indonesia. Seperti Jerry Ng, pendiri Bank Jago atau Bank Artos ini memiliki kekayaan hingga US$3,1 miliar. Ada juga konglomerat pengusaha toko bangunan dan pemilik cat Avian, Wijono dan Hermanto Tanoko yang mengantongi kekayaan hingga US$3,3 miliar.
Berikut daftar lengkap urutan 50 orang terkaya di Indonesia versi Forbes dengan data jumlah kekayaan terbaru (28/32022):
50 Orang Terkaya di Indonesia 2022 | |||
---|---|---|---|
No | Nama Pengusaha | Jumlah Kekayaan | Bidang Usaha |
1. | R. Budi & Michael Hartono | US$42,6 miliar | Perbankan, elektronik, properti, rokok. |
2. | Keluarga Widjaja | US$9,7 miliar | Pabrik kertas, properti, keuangan, kesehatan, telekomunikasi, agrobisnis. |
3. | Anthoni Salim | US$8,5 miliar | Makanan, ritel, perbankan, telekomunikasi, energi. |
4. | Sri Prakash Lohia | US$6,4 miliar | Petrokimia, tekstil. |
5. | Prajogo Pangestu | US$5,8 miliar | Petrokimia. |
6. | Chairul Tanjung | US$8 miliar | Perbankan, ritel, media. |
7. | Susilo Wonowidjojo | US$4,8 miliar | Rokok. |
8. | Boenjamin Setiawan | US$4,2 miliar | Farmasi. |
9. | Jogi Hendra Atmadja | US$4,1 miliar | Barang konsumsi. |
10. | Bachtiar Karim | US$3,5 miliar | Sawit. |
11. | Wijono & Hermanto Tanoko | US$3,3 miliar | FMCG, ritel, properti. |
12. | Jerry Ng | US$3,1 miliar | Perbankan, fintek. |
13. | Eddy Kusnadi Sariaatmadja | US$2,9 miliar | Teknologi, media. |
14. | Martua Sitorus | US$3 miliar | Sawit, semen, properti. |
15. | Theodore Rachmat | US$3,3 miliar | Agribisnis, manufaktur, tambang. |
16. | Keluarga Tahir | US$2,5 miliar | Perbankan, kesehatan, properti. |
17. | Garibaldi Thohir | US$2,6 miliar | Energi, telekomunikasi. |
18. | Low Tuck Kwong | US$3,8 miliar | Batu bara, konstruksi. |
19. | Otto Toto Sugiri | US$2,5 miliar | Teknologi, telekomunikasi. |
20. | Peter Sondakh | US$2,2 miliar | Properti, tambang, media. |
21. | Sukanto Tanoto | US$2,1 miliar | Kertas, sawit, energi. |
22. | Djoko Susanto | US$2,3 miliar | Ritel, restoran. |
23. | Keluarga Mochtar Riady | US$1,8 miliar | Properti, ritel, kesehatan, media, edukasi. |
24. | Ciliandra Fangiono | US$1,83 miliar | Sawit. |
25. | Putera Sampoerna | US$1,8 miliar | Rokok, agribisnis, telekomunikasi, keuangan, kayu. |
26. | Keluarga Ciputra | US$1,65 miliar | Properti. |
27. | Kiki Barki | US$1,6 miliar | Batu bara, nikel, logistik. |
28. | Irwan Hidayat | US$1,58 miliar | Jamu (herbal). |
29. | Edwin Soeryadjaya | US$1,51 miliar | Batu bara. |
30. | Marina Budiman | US$1,5 miliar | Teknologi. |
31. | Kuncoro Wibowo | US$1,48 miliar | Ritel, perlengkapan rumah tangga. |
32. | John Kusuma | US$1,4 miliar | Perbankan. |
33. | Murdaya Poo | US$1,1 miliar | Mesin, teknologi informasi, sawit, kayu. |
34. | Husain Djojonegoro | US$1,25 miliar | Makanan dan minuman, baterai. |
35. | Husodo Angkosubroto | US$1,22 miliar | Komoditas, properti, agribisnis, finansial. |
36. | Winarko Sulistyo | US$1,2 miliar | Kertas. |
37. | Han Arming Hanafia | US$1,19 miliar | Teknologi. |
38. | Alexander Tedja | US$1,2 miliar | Properti. |
39. | Eddy Katuari | US$1,1 miliar | Barang konsumsi. |
40. | Hary Tanoesoedibjo | US$1,6 miliar | Media, properti, perbankan. |
41. | Lim Hariyanto Wijaya Sarwono | US$1,2 miliar | Sawit, tambang. |
42. | Sudhamek Agoeng Waspodo Soenjoto | US$995 juta | Makanan dan minuman. |
43. | Keluarga Hamami | US$985 juta | Konstruksi. |
44. | Arini Subianto | US$975 juta | Batu bara, sawit. |
45. | Susanto Suwarto | US$1,1 miliar | Teknologi, media. |
46. | Sabana Prawirawidjaja | US$900 juta | Minuman. |
47. | Sjamsul Nursalim | US$880 juta | Properti, batu bara, ritel. |
48. | Soegiarto Adikoesoemo | US$860 juta | Kimia, logistik. |
49. | Osbert Lyman | US$800 juta | Properti, batu bara, kayu. |
50. | Kartini Muljadi | US$695 juta | Farmasi, barang konsumsi. |