Bisnis.com, JAKARTA – Emiten menara PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) mencatatkan peningkatan laba bersih 53,4 persen pada 2021, menjadi Rp1,55 triliun. Kinerja perseroan pada 2022 diramal masih mampu tumbuh oleh analis.
Analis KB Valbury Sekuritas Devi Harjoto dan Alfiansyah memperkirakan pertumbuhan pendapatan Tower Bersama akan mencapai 11 persen year-on-year (yoy) pada 2022.
"Kami memperkirakan pertumbuhan pendapatan 11 persen yoy pada 2022, dengan permintaan layanan data yang tinggi dan persaingan antar operator, mendorong untuk investasi jaringan," kata Devi dan Alfiansyah dalam risetnya, Jumat (25/3/2022).
Mereka memandang adopsi teknologi 5G dapat menguntungkan secara jangka panjang bagi TBIG karena kebutuhan pemancar yang tinggi dan kebutuhan efisiensi operator, sehingga membutuhkan leasing. KB Valbury Sekuritas juga memperkirakan pertumbuhan tenan TBIG dapat mencapai 7.400 pada 2022.
Meski demikian, lanjutnya, KB Valbury Sekuritas memandang risiko dari merger antar operator dapat mengurangi potensi pendapatan. Akan tetapi, dengan meningkatnya adopsi data, maka diperkirakan dampak merger terhadap pendapatan TBIG akan berlangsung secara terbatas.
Di sisi lain, di tengah leverage ratio yang lebih tinggi dibandingkan kompetitor dan porsi utang dalam dolar Amerika Serikat, kenaikan suku bunga dapat memberi dampak negatif terhadap laba bersih TBIG dan memberikan ruang terbatas bagi TBIG untuk ekspansi dengan utang.
KB Valbury Sekuritas merekomendasikan buy ditengah kontinuitas ekspansi operator, dengan target harga Rp3.750 per saham, dengan valuasi Price to Earning (PE) proyeksi 2022 sebesar 36,73 kali.
Rekomendasi KB Valbury Sekuritas ini telah mempertimbangkan berlanjutnya ekspansi operator di tengah peningkatan permintaan data dan digitalisasi, dan datangnya teknologi 5G yang mengandalkan fiber optic yang telah dikembangkan TBIG.
Selain itu, rekomendasi tersebut juga mempertimbangkan penetrasi internet Indonesia yang lebih rendah dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya.
Namun, KB Valbury Sekuritas juga mencatat beberapa risiko yakni potensi merger dan akuisisi antar operator, sehingga dapat menurunkan potensi pertumbuhan TBIG, leverage ratio yang lebih tinggi dibandingkan kompetitor, volatilitas nilai tukar, dan kenaikan suku bunga.