Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Volatilitas Berlanjut, Harga Minyak Rebound Setelah Anjlok Tiga Hari Berturut-turut

Warga minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat 1,08 persen atau 1,03 poin ke level US$96,07 per barel setelah anjlok 1,5 persen sehari sebelumnya.
Anjungan minyak di Teluk Meksiko, AS/ Bloomberg
Anjungan minyak di Teluk Meksiko, AS/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah mampu rebound dari pelemahan tiga hari berturut-turut pada awal perdagangan Kamis (17/3/2022) karena investor menimbang dampak dari invasi Rusia ke Ukraina dan lockdown di China menyusul lonjakan kasus Covid-19.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April menguat 1,08 persen atau 1,03 poin ke level US$96,07 per barel pada pukul 09.54 WIB. WTI melemah 1,5 persen pada hari Rabu.

Sementara itu, harga minyak Brent untuk kontrak pengiriman Mei terpantau menguat 0,89 persen atau 0,87 poin ke level US$98,89 per barel di burs ICE Futures Europe

WTI menguat setelah anjlok hingga 13 persen dalam tiga hari perdagangan terakhir. Perang yang berkecamuk telah mengganggu pasokan minyak Rusia. Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan produksi dari anggota utama OPEC+ tersebut akan turun sekitar 25 persen bulan depan.

Kepala analis komoditas ING Groep NV Warren Patterson mengetakan pasar minyak umumnya menjadi fluktuatif jika produsen besar seperti Rusia menghadapi kendala pasokan.

“Pelemahan yang terjadi selama sepekan terakhir berarti bahwa ada pelaku pasar sedikit memperkirakan premi risiko, yang membuat pasar rentan jika situasi Rusia-Ukraina memburuk,” ungkap Warren, dikutip Bloomberg, Kamis (17/3/2022).

Investor juga memantau lonjakan kasus Covid-19 di China, importir minyak terbesar dunia. Tingkat lalu lintas di Shanghai yang sebagian mengalami lockdown turun hingga 33 persen dari tahun lalu. Selain itu, pemerintah China juga memberlakukan pembatasan pergerakan di pusat manufaktur provinsi Shenzhen dan Jilin.

Perkembangan pesat seputar perang di Eropa dan potensi sanksi lanjutan bari Rusia mendorong fluktuasi liar di pasar. Sementara itu, kepemilikan kontrak minyak merosot karena volatilitas.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan bahwa dia optimis Arab Saudi dapat meningkatkan produksi setelah pertemuan dengan Putra Mahkota kerajaan, tetapi dia tidak mendapat jaminan akan hal tersebut.

Meskipun pembeli menghindari minyak mentah Rusia terlepas diskon harga besar-besaran, negara tersebut merencanakan sedikit perubahan pada pengiriman minyak mentah Ural andalannya dari pelabuhan Baltik dan Laut Hitam pada awal April. Namun, belum ada kejelasan mengenai pembeli minyak tersebut.

Rusia mengatakan proposal Ukraina untuk menjadi negara netral tetapi mempertahankan angkatan bersenjatanya sendiri dapat dilihat sebagai kompromi. Hal ini memberikan beberapa harapan menuju gencatan senjata. Seorang pejabat Ukraina memperingatkan bahwa masalah tetap ada dan pembicaraan tidak berkembang secara signifikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper