Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Tembus 7.000, Momentum Positif untuk Reksa Dana Berbasis Saham

Reli IHSG selama beberapa hari belakangan secara langsung berimbas positif terhadap performa reksa dana yang memiliki underlying saham. 
Pengunjung beraktivitas di depan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (23/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung beraktivitas di depan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (23/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, Jakarta - Reli Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama beberapa waktu belakangan akan menjadi katalis positif bagi produk-produk reksa dana berbasis aset saham. 

Meski demikian, investor juga tetap perlu memperhatikan tujuan dan jangka waktu investasi masing-masing sebelum masuk ke aset ini. 

Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis (17/3/2022) IHSG ditutup parkir pada posisi 6.964,38 atau turun 0,4 persen. IHSG sempat menyentuh level tertinggi 7.032,70 dan terendah pada 6.949,16. 

Direktur Utama Pinnacle Persada Investama Guntur Putra menjelaskan, reli IHSG selama beberapa hari belakangan secara langsung berimbas positif terhadap performa reksa dana yang memiliki underlying saham. 

Hal ini terlihat dari indeks reksa dana saham di Indonesia masih mencatatkan kinerja yang positif. Menurutnya, hingga kemarin indeks reksa dana saham terpantau mencatatkan return 2.65% secara year to date. 

Seiring dengan hal tersebut, Guntur menurutkan produk reksa dana berbasis saham, terutama indeks dan exchange traded funds atau ETF, akan lebih sensitif terhadap pergerakan IHSG. 

"Sementara, untuk reksa dana campuran, alokasi asetnya bisa sangat bervariasi sehingga korelasi dan sensitivitas kinerja dengan IHSG tidak selalu berbanding lurus," jelasnya saat dihubungi, Kamis (17/3/2022). 

Ia melanjutkan, kenaikan kinerja IHSG akan semakin meningkatkan minat investor untuk masuk ke reksa dana berbasis saham. Meski demikian, Guntur juga mengingatkan bahwa kelas aset berbasis saham termasuk kategori yang memiliki tingkat risiko lebih tinggi jika dibandingkan dengan pasar uang dan obligasi. 

Volatilitas pasar akan cukup mempengaruhi kinerja saham atau reksa dana lain berbasis saham, terutama dalam jangka pendek. Oleh karena itu, investor perlu mengetahui tujuan dan horizon investasinya masing-masing sebelum memutuskan masuk ke kelas aset ini. 

"Investor harus secara cermat mengerti karakteristik risiko di setiap kelas aset yang mereka invest sesuai dengan tujuan investasi dan profil risiko masing-masing investor," jelas Guntur 

Guntur menambahkan, pihaknya juga tengah mengevaluasi rencana perilisan 1 produk reksa dana ETF berbasis ESG. Meski demikian, pihaknya belum dapat memastikan waktu perilisan produk ini. 

"Untuk saat ini kami tetap fokus untuk mengembangkan produk reksa dana flagship yang sudah kami kelola," pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper