Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Tembus Rekor 7.000, Ini 2 Faktor Pendorongnya

IHSG didorong faktor penguatan bursa global yang terimbas meredanya konflik Rusia-Ukraina dan kenaikan suku bunga The Fed sesuai prediksi.
Karyawan melintas di dekat layar elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (9/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan melintas di dekat layar elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (9/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat ke zona hijau pagi ini menembus rekor tertinggi 7.000 seiring dengan dorongan dua faktor eksternal, yakni meredanya konflik Rusia-Ukraina dan kenaikan suku bunga Federal Reserve.

IHSG menguat 0,54 persen menjadi 7.030,27 pada Kamis (17/3/2022) pukul 09.01 WIB. Sesaat setelah perdagangan dibuka, indeks sempat menyentuh level tertinggi 7.032,71 dan level terendah 7.014,60.

Sebanyak 237 saham menguat, 60 saham melemah, dan 180 saham diperdagangkan stagnan pagi ini. Kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia tercatat Rp8.849,59 triliun.

Investor asing melakukan aksi beli bersih senilai Rp97,09 miliar di awal perdagangan. Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menjadi saham yang paling banyak dibeli investor asing pagi ini senilai Rp53,8 miliar. Harga saham BBCA naik 0,91 persen menjadi Rp8.275.

Selanjutnya saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) juga menjadi saham terbanyak kedua yang dibeli asing senilai Rp36,1 miliar. Harga saham BBRI naik 0,65 persen menjadi Rp4.680.

Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) juga menjadi saham yang paling banyak diborong investor asing, yakni senilai Rp25,8 miliar. Harga saham BMRI naik 0,94 persen ke level Rp8.025.

Direktur Equator Swarna Investama Hans Kwee menyampaikan ada dua faktor utama yang mendorong penguatan IHSG menembus level 7.000 pagi ini, yakni meredanya konflik Rusia-Ukraina dan respons positif pasar atas kenaikan suku bunga Federal Reserve.

"Konflik Rusia-Ukraina sudah menjadi fokus utama investor belakangan. Ketika ada kabar baik, hal ini langsung direspons positif," paparnya dikutip dari youtube Beritasatu, Kamis (17/3/2022).

Hans menyampaikan Presiden Ukraina melihat lebih realistis adanya potensi gencatan senjata. Menteri Luar Negeri Rusia juga memberikan pernyataan kedua pihak bisa mencapai kompromi. Hal ini, sambung Hans, sangat baik bagi pasar.

Di sisi lain, lonjakan harga komoditas kian mereda seiring dengan membaiknya situasi Rusia-Ukraina. Sebelumnya harga komoditas utama seperti minyak, emas, batu bara, hingga CPO sempat menembus rekor tertinggi.

Hans juga menyampaikan pasar merespons positif kenaikan suku bunga The Fed sebesar 25 bps menjadi 0,25 persen-0,50 persen yang sesuai ekspektasi. Hal itu membuat Wall Street menguat semalam, dan saham Bursa Asia ikut naik pagi ini.

"Pasar merespons positif kenaikan suku bunga yang sesuai ekspektasi," imbuhnya.

Namun, Hans mewanti-wanti sebetulnya pernyataan The Fed cukup hawkish. The Fed berencana menaikkan suku bunga 6 kali pada 2022 hingga kisaran 1,75 persen-2 persen.

"Artinya setiap pertemuan The Fed [FOMC meeting] akan ada kenaikan suku bunga. Tapi pasar belom respons hal tersebut," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper