Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah saham terimbas aksi Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve yang meningkatkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps). Kenaikan suku bunga ini merupakan yang pertama kali sejak Desember 2018.
Head of Equity Research Samuel Sekuritas Suria Dharma mengatakan, peningkatan suku bunga The Fed secara umum tidak menguntungkan sektor tertentu.
"Yang diuntungkan secara umum sih mestinya tidak ada, kecuali yang tidak punya utang besar dalam dolar AS," kata Suria dihubungi, Kamis (17/3/2022).
Akan tetapi, lanjutnya, karena likuiditas perbankan di Indonesia sedang tinggi, efek dari peningkatan suku bunga The Fed belum akan terasa saat ini. Pasalnya, perbankan belum tentu akan menaikkan suku bunga pinjaman karena biaya bunga atau cost of fund (CoF) masih terjaga rendah.
"Yang negatif mungkin sektor teknologi yang biasanya growth-nya tinggi karena cukup sensitif terhadap kenaikan suku bunga," ujarnya.
Sementara itu, untuk sektor properti yang biasanya terimbas kenaikan suku bunga, Suria menilai belum tentu akan terkena efeknya saat ini. Hal ini akibat kenaikan harga komoditas yang tengah melambung tinggi.
Baca Juga
"Berkaca pada kejadian commodity booming beberapa tahun yang lalu, seringkali mendorong kenaikan sektor properti," ucapnya.
Adapun, kekhawatiran kenaikan suku bunga acuan turut mengerek bunga kredit, seperti Kredit Pemilikan Properti (KPR). Oleh karena itu, dikhawatirkan permintaan KPR sekaligus properti bisa melesu.