Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah taipan emiten komoditas makin untung setelah mendapat berkah dari kenaikan harga komoditas di tengah adanya konflik geopolitik yang memanas antara Rusia dan Ukraina. Hal ini turut mendongkrak harga saham emitennya.
Sejumlah emiten komoditas seperti PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) milik Dato’ Low Tuck Kwong misalnya mengalami kenaikan harga saham hingga 66,20 persen sepanjang 2022 berjalan dari Rp27.000 ke Rp44.875.
Selain itu, emiten grup Rajawali Peter Sondakh, PT Golden Eagle Energy Tbk. (SMMT) melesat 305,94 persen dari Rp202 ke Rp820. Tak kalah, emiten milik emiten milik Garibaldi “Boy” Thohir, PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) juga mencatatkan kenaikan harga hingga 36,44 persen sepanjang 2022 berjalan, dari 2.250 ke 3.070.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu menilai kenaikan harga komoditas umumnya terjadi pada komoditas batu bara dan nikel di mana pasokan dari Rusia sebagai produsen dan pemasok utama terganggu di tengah adanya konflik dengan Ukraina.
Dengan adanya kondisi seperti ini, Dessy menilai emiten yang memiliki porsi ekspor dominan bisa mendapatkan keuntungan besar dari kenaikan harga komoditas.
“Kami perkirakan kenaikan harga batu bara dan nikel masih akan bertahan pada kuartal II/2022 ini seiring masih kuatnya efek tensi geopolitik Russia-Ukraina terhadap supply-demand komoditas global,” terangnya kepada Bisnis, dikutip Minggu (13/3/2022).
Baca Juga
Di sisi lain, jika ada intervensi untuk menahan laju kenaikan, seperti trading halt yang terjadi pada nikel LME, harga diharapkan dapat stabil lebih cepat.
“Namun, faktor utama yang dapat menstabilkan harga saat ini adalah tensi geopolitik yang mereda,” ujarnya.
Di tengah kondisi saat ini, Samuel Sekuritas merekomendasikan saham ANTM untuk dibeli dengan target harga di Rp3.230 dan HRUM untuk dibeli dengan target harga di Rp13.800.