Bisnis.com, JAKARTA – Jumlah dana kelolaan reksa dana secara industri diyakini masih dapat bertumbuh meski dibayangi sentimen konflik Rusia – Ukraina.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang dikutip pada Selasa (8/3/2022), dana kelolaan reksa dana produk reksa dana secara industri per 28 Februari 2022 ada di posisi Rp570,83 triliun.
Realisasi tersebut mengalami penurunan bila dibandingkan dengan catatan per akhir Januari 2022 sebanyak Rp574,63 triliun.
Terkait hal tersebut, Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyebutkan, koreksi tipis pada dana kelolaan industri reksa dana salah satunya disebabkan oleh aksi redeem investor pada instrumen saham. Hal ini seiring dengan kinerja reksa dana saham yang cukup bagus sepanjang bulan lalu.
Penurunan NAB juga disebabkan oleh turunnya jumlah dana pada reksa dana terproteksi. Hal tersebut disebabkan oleh masalah pajak dan ketersediaan obligasi proteksi yang cenderung menurun.
“Sepertinya ditengah ketidakpastian, investor memarkirkan dulu dananya ke pasar uang dan pendapatan tetap,” jelasnya saat dihubungi pada Selasa (8/3/2022).
Baca Juga
Wawan melanjutkan, prospek pertumbuhan dana kelolaan reksa dana masih cukup baik ke depannya. Ia menjelaskan dengan perkembangan tensi geopolitik Rusia – Ukraina serta prediksi kenaikan suku bunga AS yang berubah dan tidak seagresif sebelumnya akan menjadi katalis positif dalam jangka pendek.
Selain itu, perekonomian indonesia dalam jangka pendek juga masih diuntungkan dengan kenaikan harga energi. Sementara itu, dalam jangka yang lebih panjang, konflik Rusia – Ukraina juga akan membuat harga bahan baku naik, sehingga bisa memicu inflasi di indonesia.
Ia melanjutkan, dengan kondisi penuh ketidakpastian, investor dengan horizon investasi jangka menengah dapat mengalokasikan dananya sebesar 40 persen ke obligasi, 40 persen ke saham, dan 20 persen lainnya ke pasar uang.
“Untuk jangka pendek dibawah 1 tahun lebih baik fokus pasar uang, sedangkan untuk jangka panjang bisa perbesar porsi saham hingga 50 persen, kemudian 30 persen di pendapatan tetap, dan 20 persen di pasar uang,” pungkasnya.