Bisnis.com, JAKARTA – Invasi Rusia ke Ukraina membawa berkah tersendiri bagi negara-negara penghasil komoditas, salah satunya China, Indonesia, Australia dan Malaysia.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan harga emas pada Maret 2022 bisa menyentuh US$2.150 per troy ons, minyak mentah WTI bisa menyentuh US$200 per barel, batu bara US$600 per ton, gas alam US$5.500, minyak CPO RM7.500 per ton, Indeks dolar AS tembus 105, dan Bitcoin tembus US$45,000 per koin.
Menurutnya, kenaikan harga komoditas dilakukan sebagai umpan bagi para spekulan untuk menjatuhkan negara-negara yang memberikan sanksi ekonomi terhadap Rusia dan Belarusia.
“Karena yang membuat harga komoditas mengalami kenaikan bukan disebabkan oleh Rusia menginvasi Ukraina. Namun sanksi yang berlebihan dilakukan oleh AS, Uni Eropa, dan Inggris terhadap Rusia dan Belarusia,” jelasnya, Senin (7/3/2022).
Pascasanksi ekonomi diterapkan, para spekulan di pelbagai negara melakukan aksi beli yang tak terbatas, membuat lonjakan harga komoditas yang tak wajar dan ini sebenarnya menjadi serangan telak bagi negara-negara yang memberikan sanksi ekonomi terhadap Rusia dan Belarusia.
“Tanpa adanya ikut campur pihak ketiga, harga komoditas tidak mungkin mengalami lonjakan yang signifikan. Apalagi sekutu Rusia yaitu China yang kemungkinan akan mengikuti jejak Rusia akan melakukan invasi terhadap Taiwan,” tambahnya.
Baca Juga
Selain itu, Korea Utara juga sudah berancang-ancang untuk menginvasi Korea Selatan. Ini semua dampak AS, NATO, dan Inggris yang terlalu gegabah dalam memberikan sanksi ekonomi.
Disamping itu, dengan lonjakan harga yang terus naik, Bank Sentral Amerika (The Fed) dalam pertemuan di tanggal 15 Maret 2022 kemungkinan akan menahan suku bunga sampai perang benar-benar sudah berhenti.
Dampak dari sanksi tersebut membuat harga-harga komoditas seperti minyak mentah, emas, gas alam, batubara, nikel dll lainnya mengalami kenaikan yang tidak wajar.