Bisnis.com, JAKARTA – Saham emiten properti yang baru saja melantai di bursa, PT Adhi Commuter Properti Tbk. (ADCP) melorot 28,46 persen dari level tertingginya dalam sepekan diperdagangkan di bursa. Hal ini justru bisa jadi peluang untuk investor melakukan aksi beli.
Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan, menyatakan secara valuasi saham-saham properti sudah sangat murah. Dia menilai, khusus saham ADCP koreksi harga sebesar 28,46 persen dari harga tertinggi Rp174 menjadi Rp93 per saham dipengaruhi dinamika pasca pencatatan yaitu aksi profit taking dan cut loss para investor melihat performa perdagangan di bursa yang tidak sesuai ekspektasi.
Selain faktor pasar, pelemahan saham ADCP juga tak luput dari sentimennya sebagai anak usaha BUMN.
“Saat ini, eksposur BUMN belum menjadi katalis positif bagi saham BUMN. Banyak emiten-emiten BUMN dengan valuasi murah yang menunjukan penilaian kurang baik oleh pasar,” jelasnya dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (3/3/2022).
Namun, Alfred menambahkan, tahun ini ADCP menargetkan marketing sales tumbuh double digit dan target tersebut didukung perbaikan permintaan di sektor properti yang sudah terlihat dan terus berlanjut.
Selain itu, terdapat pula insentif, stimulus dan target realisasi LRT Jabodebek yang beroperasi di Agustus 2022, yang akan menjadi katalis positif bagi ADCP.
Baca Juga
Alfred menjelaskan, jika melihat pertumbuhan marketing sales 2021 dan 2022 masing-masing sebesar 46 persen dan 103 persen, laba bersih ADCP tahun ini diperkirakan bisa tumbuh di atas 30 persen dibandingkan target pertumbuhan 2021 sebesar 15 persen.
“Meskipun belum disampaikan, besaran target pertumbuhan perusahaan tahun ini akan menjadi sentimen kuat bagi sahamnya,” ujar Alfred.
Pada Rabu (2/3/2022), harga saham ADCP tercatat turun 7 persen atau 7 poin ke 93 meskipun mengantongi pembelian oleh asing Rp6,83 juta.
Pada IPO Rabu, 23 Februari lalu, harga saham ADCP dibanderol Rp130 dan sempat mencapai level tertingginya di 174.