Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat berakhir di zona hijau pada perdagangan Jumat (25/2/2022) waktu setempat lantaran para invetor mencermati perkembangan terbaru invasi Rusia ke Ukraina dan respons dunia.
Berdasarkan data Bloomberg, Sabtu (26/2/2022), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melesat 2,51 persen atau 834,92 ke 34.058,75, S&P 500 naik 2,24 persen atau 95,95 poin ke 4.384,65 dan Nasdaq melompat 1,64 persen atau 221,04 ke 13.694,62.
Penguatan indeks acuan di Wall Street terjadi setelah data ekonomi ternyar menunjukkan pengeluaran pribadi AS naik lebih dari yang diharapkan pada Januari 2022, bahkan memperhitungkan lonjakan inflasi. Pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), ukuran inflasi yang diawasi ketat, melonjak 6,1 persen, atau tingkat tercepat dalam 40 tahun.
Saham bergerak lebih tinggi bahkan dengan latar belakang serangan militer Rusia terhadap Ukraina dan sanksi negara Barat terhadap Rusia. Meskipun ekuitas telah merosot dan harga komoditas energi melonjak di sesi terakhir karena investor mempertimbangkan dampak pasar keuangan dari konflik, pasar setidaknya stabil untuk sementara karena tidak adanya bukti lebih lanjut dari kerusakan ekonomi AS.
"Pasar akan bereaksi berlebihan terhadap berita baik dan buruk. Berita [Kamis] pagi adalah jual, jual, jual. Dan sekarang kami menganalisis berita ... Saya pikir apa yang telah diputuskan pasar adalah bahwa [situasi] Ukraina-Rusia ini adalah sebuah tragedi, [tetapi] itu belum tentu merupakan peristiwa global yang akan menyebabkan kita jatuh ke dalam resesi yang dalam,” kata Allan Boomer, kepala investasi Momentum Advisors, kepada Yahoo Finance Live.
Menurutnya pelaku pasar sekarang telah memperkirakan probabilitas yang jauh lebih rendah bahwa pejabat Federal Reserve akan memuat siklus kenaikan suku bunga mereka dan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada Maret 2022.
Baca Juga
Terakhir kali The Fed menaikkan suku bunga lebih dari 25 basis poin dalam satu pertemuan adalah pada tahun 2000. Langkah tersebut akan berfungsi sebagai pergeseran agresif oleh The Fed untuk mulai secara aktif mengendalikan inflasi. Hal itu juga dapat semakin mengguncang pasar keuangan yang telah mengalami peningkatan volatilitas tahun ini dan yang sekarang juga menghadapi momok konflik internasional lebih lanjut.
“Ini telah menjadi awal terburuk kedua tahun ini untuk pasar AS sejak tahun 2000. Namun, pergerakan ini tidak semata-mata [atau bahkan sebagian besar] didorong oleh ketegangan Rusia/Ukraina," kata Seema Shah, kepala strategi Sharing Principal Global Investors.
Dia menambahkan, penurunan pasar saham yang sempat terjadi pada Januari 2022, semula didorong oleh kekhawatiran inflasi dan ekspektasi pengetatan bank sentral yang secara signifikan lebih tajam.
Ahli strategi lain juga menyarankan bahwa saham AS akan diperdagangkan terutama berdasarkan kebijakan moneter dan implikasi pendapatan dari setiap dampak ketegangan geopolitik terbaru.
"Ekonomi AS memiliki eksposur yang cukup rendah langsung ke Ukraina dan situasi dengan Rusia. Namun, yang penting di sini adalah, bagaimana pengaruhnya terhadap ekspektasi inflasi? Dan itulah yang benar-benar kami awasi,” kata Anna S. Han, Ahli strategi ekuitas Wells Fargo Securities.