Bisnis.com, JAKARTA - PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA) membidik penjualan mencapai Rp91 miliar pada 2022.
Adapun perseroan mencatatkan penjualan mencapai Rp88 miliar atau naik 20 persen dibandingkan 2020 lalu. Direktur OperasionaI Surya Biru Murni Acetylene Iwan Sanyoto mengatakan untuk net profit margin (NPM) yang berhasil dibukukan tahun lalu sebesar Rp7,8 miliar atau naik 47 persen dibandingkan 2020.
Iwan meyakini 2022 kinerja perusahaan akan semakin ekspansif dan mampu menghasilkan kinerja yang semakin positif. Tahun ini dalam RKAP (rencana kerja anggaran perusahaan) mampu mengantongi pendapatan sebesar Rp91 miliar.
"Tahun ini ditargetkan kenaikan penjualan menjadi Rp91 miliar, tahun depan 2023 sebesar Rp131 miliar dan tahun 2024 sebesar Rp179 miliar," ujar Iwan dalam keterangannya, Rabu (16/2/2022).
Menurutnya peningkatan pendapatan tersebut ditopang oleh meningkatnya permintaan gas untuk menunjang aktivitas produksi tambang atau industri hulu minyak dan gas. Peningkatan aktivitas tambang tersebut salah satunya dipicu oleh meningkatnya permintaan dan harga batubara yang saat ini mencapai USD220 per tahun.
Iwan meyakini sebagai perusahaan manufaktur penyedia gas industri, permintaan produk dari SBMA akan meningkat tajam. Terlebih pemerintah merencanakan pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kalimantan Timur sehingga kebutuhan pembangunan infrastruktur akan semakin tinggi. Hal ini menjadi peluang bagi SBMA untuk menjual produk gas industri khususnya untuk pengelasan, acetylene.
Baca Juga
Dengan melihat besarnya ceruk pasar dan potensi pendapatan itu, SBMA membelanjakan dana hasil dari IPO untuk pembelian air separation seharga Rp19,5 miliar dari perusahaan asal China, Chun An Ming Rong Import And Export Co., Ltd.
Menurutnya dengan tambahan peralatan baru ini diyakini dapat mendorong kapasitas produksi perusahaan. Ditargetkan kapasitas produksi dapat meningkat dari semula 2 juta liter per tahun menjadi 10 juta liter per tahun atau naik lima kali lipat. Sementara untuk pembelian pabrik baru beserta kelengkapannya, SBMA mengalokasikan dana sebesar Rp30 miliar.
“Baru saja kami melakukan proses pembelian air separation unit dari China seharga 8,64 juta Renminbi Tiongkok (RMB/CNY) atau setara dengan 19,5 miliar rupiah," pungkasnya.