Bisnis.com, JAKARTA — Tingginya kebutuhan pembiayaan kembali utang (refinancing) dan harapan pemulihan ekonomi akan menjadi penopang prospek obligasi korporasi Indonesia pada 2022.
Niken Indriarsih, Kepala Divisi Pemeringkatan Korporasi Pefindo menyebutkan prospek emisi obligasi korporasi pada tahun ini masih cukup positif. Seiring dengan hal tersebut, Pefindo memprediksi emisi obligasi pada tahun ini akan kembali mengalami kenaikan.
“Kami mempekirakan jumlah penerbitan surat utang pada 2022 berada di kisaran Rp102,4 triliun untuk asumsi konservatif dan Rp151,2 triliun untuk proyeksi optimistis,” katanya dalam diskusi daring Pefindo, Kamis (10/2/2022).
Menurutnya, kenaikan emisi obligasi pada tahun 2022 akan ditopang oleh kebutuhan korporasi untuk melakukan refinancing. Hal ini seiring dengan jumlah obligasi korporasi jatuh tempo pada 2022 yang mencapai Rp157 triliun.
Selain itu, ekspektasi pasar terkait kelanjutan pemulihan ekonomi dari pandemi virus Corona juga akan meningkatkan minat korporasi untuk menerbitkan surat utang.
Meski demikian, menurutnya, tidak semua perusahaan akan memilih obligasi sebagai sumber refinancing. Hal tersebut seiring dengan potensi kenaikan suku bunga The Fed yang dapat meningkatkan risiko dan biaya penerbitan atau cost of fund.
“Untuk mengantisipasi sentimen itu, perusahaan kemungkinan akan refinance dari pinjaman dari bank ataupun kas internalnya,” pungkasnya.
Adapun, sepanjang 2021 lalu, total penerbitan surat utang korporasi nasional adalah sebesar Rp113,06 triliun. Jumlah tersebut mengalami kenaikan dibandingkan dengan emisi sepanjang 2020 sebanyak Rp96,6 triliun.
Secara rinci, jumlah emisi obligasi korporasi pada 2021 dengan rating Pefindo adalah sebanyak Rp84,41 triliun, sementara sisanya sebesar Rp28,65 triliun dengan lembaga pemeringkat lainnya.
Sektor multifinance masih mendominasi penerbitan obligasi korporasi pada tahun lalu dengan total emisi Rp14,5 triliun disusul oleh industri kertas dan pulp (Rp14,3 triliun), pembiayaan atau financing (Rp12,11 triliun), dan konstruksi (Rp11,44 triliun).