Bisnis.com, MEDAN - PT Sumber Tani Agung Resources Tbk. berpotensi meraih dana penawaran umum saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) melewati target jika mengalami kelebihan permintaan pemesanan.
Saat ini, perseroan tersebut masih berada pada tahap bookbuilding. Pada tahap tersebut perusahaan akan melihat respons dari calon investor terhadap saham.
"Saat ini kami masih memasuki tahap bookbuilding yang dimulai tanggal 9-15 Februari 2022," ujar Corporate Secretary Sumber Tani Agung Resources Juliana kepada Bisnis, Kamis (10/2/2022).
PT Sumber Tani Agung Resources Tbk memiliki kode saham STAA. Calon emiten ini berencana melepas 877,07 juta saham atau setara dengan 8,06 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
Harga yang ditawarkan berkisar antara Rp470 hingga Rp605 per saham. Jika ludes terjual, STAA akan meraup dana segar senilai sekitar Rp530,63 miliar.
Selain itu, STAA juga akan mengalokasikan 7,07 juta saham atau setara 0,81 persen kepada karyawan dan 141,17 juta saham atau setara 1,28 persen kepada manajemen dan karyawan melalui Management and Employee Stock Option Program (MESOP).
Baca Juga
Jika terjadi kelebihan pemesanan atau oversubscribed, STAA akan menerbitkan tambahan 85.870.100 saham biasa atas nama seharga Rp100 per saham atau mewakili sebanyak-banyaknya 0,78 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Dengan begitu, STAA akan berpotensi menggalang dana hingga Rp 582,58 miliar.
Dana segar hasil IPO ini akan dimanfaatkan mengembangkan hilirisasi industri. Sekitar 54 persen dari dana itu bakal dipakai membangun refinery atau tempat pabrik pemurnian berkapasitas 2.000 metrik ton Crude Palm Oil (CPO) per hari.
Di samping itu, sekitar 23 persen akan dipakai untuk pembangunan fasilitas dermaga. Kemudian sekitar 23 persen sisanya akan digunakan untuk pembangunan tangki timbun dengan kapasitas 35.000 metrik ton. Semua proyek ini ditargetkan rampung pada Oktober 2023 mendatang.
Berdasar laporan keuangan perusahaan per September 2021, PT Sumber Tani Agung Resources Tbk mencatat laba bersih senilai Rp685,75 miliar atau meningkat 141 persen dibandingkan periode yang sama 2020, yaitu sebesar Rp284,55 miliar.
Sementara itu, pendapatan yang diperoleh perusahaan tercatat Rp4,18 triliun atau meningkat 34 persen dari periode sebelumnya, yaitu Rp3,11 triliun. Hingga Kuartal III 2021, total aset yang dimiliki STAA tercatat Rp5,6 triliun ekuitas senilai Rp2,91 triliun.
Dalam proses IPO ini, CIMB Niaga Sekuritas dan PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia ditunjuk sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Masa penawaran awal direncanakan pada 9-15 Februari 2022, tanggal efektif dijadwalkan pada 25 Februari 2022, masa penawaran umum perdana saham pada 2-8 Maret 2022.
Kemudian tanggal penjatahan direncanakan pada 8 Maret 2022 dan tanggal distribusi saham secara elektronik pada 9 Maret 2022. Sedangkan tanggal pencatatan saham pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dijadwalkan 10 Maret 2022 mendatang.
Menurut Kepala Kantor Perwakilan BEI Sumatra Utara Pintor Nasution, STAA akan menjadi emiten kesembilan asal Sumatra Utara yang melantai di Pasar Modal Indonesia.
Sebelum STAA, beberapa emiten lainnya sudah lebih dulu go public. Untuk saham, terdapat delapan emiten asal Sumatra Utara. Yakni PT Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk (PGLI), PT Toba Pulp Lestari Tbk (INRU), PT Bank Mestika Dharma Tbk (BBMD).
Kemudian PT Ateliers Mecaniques D'Indonesie Tbk (AMIN), PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK), PT Royal Prima Tbk (PRIM), PT Mahkota Group Tbk (MGRO), dan PT Cahaya Bintang Medan Tbk (CBMF).
Selain itu, terdapat pula saham PT Cisadane Sawit Raya (CSRA) yang memiliki perkebunan kelapa sawit di Sumatra Utara namun berkantor di Jakarta.
Sedangkan untuk obligasi, terdapat dua emiten. Keduanya adalah PT Bank Pembangunan Daerah Sumatra Utara dan PT Pelindo 1.
"Jika ditambah STAA, berarti nantinya emiten asal Sumatra Utara menjadi sembilan," kata Pintor kepada Bisnis.
PT Sumber Tani Agung Resources Tbk merupakan grup usaha kelapa sawit swasta yang berkantor pusat di Medan, Sumatra Utara. Perusahaan ini mulai bergerak pada 1970 silam. Produk utama perusahaan ini adalah CPO.
STAA kini memiliki 13 perkebunan, sembilan unit pabrik pengolahan CPO, satu unit pabrik kernel crushing, dan satu unit pabrik solvent extraction. Aset perseroan ini tersebut di empat provinsi, yaitu Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.