Bisnis.com, JAKARTA – Reksa dana berbasis ESG berpeluang cerah seiring desakan regulator dan meningkatnya kesadaran perusahaan.
Sebagai informasi, Otoritas Jasa Keuangan telah meluncurkan taksonomi hijau dalam mendukung pengembangan ekonomi hijau yang merupakan bagian dari kebijakan pemerintah untuk memenuhi target Paris agreement.
Pada saat yang sama, riset Nasdaq menunjukkan bahwa program ESG akan membuka akses modal yang besar bagi perusahaan dan memberikan dampak positif terhadap brand perusahaan.
Infovesta menyatakan kesadaran perusahaan terhadap program ESG telah meningkat. Hal itu membuat minat perusahaan dalam memenuhi persyaratan program ESG diprediksi meningkat.
“Dengan begitu, membuka peluang kenaikan total aset ekuitas berbasis ESG serta berpengaruh positif terhadap potensi kenaikan jumlah reksa dana indeks berbasis ESG ke depannya,” sebut Infovesta dalam riset mingguan (7/2/2022).
Meski demikian, jumlah emiten berbasis ESG di dalam negeri masih terbatas. Infovesta mencatat saat ini masih sulit dijumpai perusahaan yang secara utuh menerapkan konsep ESG.
Baca Juga
Di sisi lain, mereka menilai dukungan pemerintah dalam mendorong penerapan usaha berbasis ESG. Telah membuat minat investor yang menunjukkan peningkatan seiring dengan dukungan pemerintah dalam mendorong penerapan usaha berbasis ESG.
Seluruh indeks acuan dan reksa dana berbasis indeks ESG mengalami kenaikan kinerja. Indeks SRI-KEHATI 2,62% yang menjadi acuan produk indeks berbasis ESG lebih unggul dari IHSG 2,27% dan indeks IDX ESG Leaders 0,84%. Pada saat yang sama, produk reksa dana indeks berbasis ESG terpantau mampu mengalahkan IHSG, meskipun tertinggal dari indeks SRI-KEHATI.
Sebelumnya, SVP Research Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial mengatakan terdapat potensi bagi indeks anyar itu berpotensi naik. Pasalnya emiten-emiten dari sektor perbankan dan sektor pertambangan.
“Harusnya dengan beberapa saham bank seperti BBCA, BBRI, BMRI dan BBNI serta saham pertambangan untuk baterai mobil listrik bisa mengangkat performa ESG sektor Leader,” katanya kepada Bisnis pada Rabu (2/1/2022).
Janson menambahkan sentimen kenaikan suku bunga akan menjadi sentimen positif untuk sektor perbankan karena NIM dan ROE akan naik dan sentimen inflasi dari kenaikan harga komoditas mendongkrak kenaikan harga nikel dan minyak sawit.
Hal itu tentu menjadi sentimen positif bagi INCO, ANTM dan LSIP yang menjadi konstituen indeks. Namun dia cukup khawatir dengan saham berbasis konstruksi yang sepertinya akan terus melanjutkan pelemahan karena tersandung isu balance sheet keuangan.
“Namun mudah-mudahan market cap-nya tidak terlalu besar yang dapat memengaruhi indeks ESG Sector Leader secara negatif. Maka, harusnya indeks tersebut di 2022 bisa mencapai 155,50,” katanya