Bisnis.com, JAKARTA – Kenaikan kasus harian Covid-19 dan mulai diberlakukannya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3 oleh pemerintah tampaknya tidak mempengaruhi kinerja seluruh indeks acuan reksa dana sehingga seluruh instrumen reksa dana mencatatkan kinerja positif pada pekan lalu.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengungkapkan, kinerja reksa dana sejauh ini tidak terpengaruh oleh kenaikan Covid-19, jika melihat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Senin (7/2/2022) yang menembus level tertinggi sepanjang sejarah.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, pada penutupan perdagangan hari ini, IHSG melonjak 1,09 persen atau 73,55 poin ke level 6.804,94 yang diiringi oleh aksi beli investor asing hingga Rp1,96 triliun.
“Kalau dilihat, IHSG hari ini menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah, ya reksa dana pasti akan ikut menikmati ini,” ungkap Wawan saat dihubungi Bisnis, Senin (7/2/2022).
Dia memaparkan, berbeda dengan tahun lalu di mana IHSG didorong oleh emiten sektor teknologi maupun bank digital yang notabene secara likuiditasnya kecil dan membuat tidak banyak produk reksa dana memilih emiten tersebut masuk dalam produknya.
Sementara saat ini, setidaknya tiga bulan kebelakang, Wawan mengatakan bahwa kinerja IHSG didorong oleh emiten-emiten berkapitalisasi besar alias big caps sehingga kenaikan tersebut turut mendorong kinerja reksa dana saham terutama.
Baca Juga
Selain itu, saham-saham big caps tersebut menurutnya jadi incaran investor asing yang sepanjang tahun ini tampak dana asing kembali masuk ke bursa domestik dengan intensitas aksi beli atau net buy saham-saham tersebut.
“Karena seperti itu, reksa dana yang komposisinya banyak mengikuti indeks big caps diuntungkan,” ujar Wawan.
Namun lanjutnya, jika melihat kinerja sepanjang Januari 2022, di saat kinerja indeks positif tetapi kinerja reksa dana banyak yang negatif. Hal tersebut artinya ungkap Wawan, banyak manajer investasi yang produknya memasukkan emiten second liner sehingga kinerjanya tidak mengikuti pertumbuhan indeks.
“Tapi ya harusnya IHSG seperti sekarang, di 6.800 banyak fund manager yang banyak diuntungkan terutama pada reksa dana saham dan reksa dana campuran,” paparnya.
Berdasarkan data Infovesta, pada periode 28 Januari 2022 hingga 4 Februari 2022, kinerja instrumen reksa dana bergerak dalam rentang 0,06 persen hingga 0,74 persen. Di mana reksa dana saham memimpin dengan pertumbuhan 0,74 persen.
Pertumbuhan juga terjadi pada reksa dana campuran dengan naik 0,45 persen dan reksa dana pendapatan tetap dengan naik 0,15 persen, dan reksa dana pasar uang yang naik 0,06 persen di minggu lalu.
Di sisi lain, secara year to date (ytd) atau sepanjang tahun hingga Jumat (4/2/2022), kinerja reksa dana saham tercatat paling rendah dengan minus 0,81 persen. Kemudian diikuti dengan masih negatif nya kinerja reksa dana campuran yaitu 0,07 persen ytd dan reksa dana pendapatan tetap yang turun 0,04 persen ytd.
Kemudian, Wawan menjelaskan pada kuartal I/2022, kinerja reksa dana memang banyak menghadapi ketidakpastian. Pertama adalah PPKM level 3 yang saat ini nampaknya tidak berpengaruh, tetapi akan menimbulkan dampak negatif ketika levelnya dinaikkan.
Dia menjelaskan bahwa ketika PPKM naik menjadi level 4 maka akan sangat berpengaruh bagi perekonomian di Indonesia dan hal tersebut yang dikhawatirkan bagi pelaku pasar.
Selanjutnya adalah terdapat ekspektasi kenaikan suku bunga oleh The Fed di AS. Wawan mengungkapkan, berdasarkan pengalaman kenaikan suku bunga pada tahun 2016 lalu, saat pengumuman menimbulkan gejolak jangka pendek yang juga akan mungkin terjadi pada Maret tahun ini.
Gejolak tersebut jelasnya akan berubah tergantung pada ekspektasi dari pendapatan emiten setelah kenaikan suku bunga tersebut.
Kenaikan suku bunga menurut Wawan, juga akan mendorong kenaikan dari sisi Surat Berharga Negara (SBN) yang kemudian juga akan mendorong kinerja reksa dana pendapatan tetap maupun campuran.
“Menurut saya sih, sepanjang proyeksi fundamental emiten-emiten itu tetap positif, which is sekarang sangat-sangat positif itu akan mendorong kinerja reksa dana. Meskipun ada kenaikan suku bunga dari The Fed. Kita indeksnya akan tetap naik,” kata Wawan.