Bisnis.com, JAKARTA – Puluhan emiten disebut siap untuk melakukan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) sepanjang 2022. Perhatikan hal berikut sebelum beli sahamnya!
MNC Sekuritas Indonesia memberikan beberapa tip untuk membeli atau tidak saham emiten yang baru saja IPO. Pertama, analisis pendapatannya, apakah dari segi pendapatannya terus bertumbuh atau tidak.
Kedua, analisis masa depan perusahaan tersebut dari sisi sektoral atau lini bisnis, apakah di masa yang akan datang akan terus bertumbuh.
Ketiga perhatikan tujuan penggunaan dana IPO. Perhatikan apakah tujuan penggunaan dananya ke arah positif atau untuk menutupi kondisi perusahaan yang sedang buruk.
Keempat, bandingkan perusahaan yang baru IPO dengan perusahaan kompetitor dari segi kinerja maupun valuasi dari saham perusahaan tersebut.
Berdasarkan catatan Bisnis, Direktur Utama BEI Inarno Djajadi mengatakan BEI telah memiliki 30 perusahaan di pipeline yang siap IPO pada tahun ini. Pada minggu keempat Januari 2022, terdapat tiga perusahaan yang akan melakukan aksi penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO).
Baca Juga
Ketiganya tersebut adalah PT Autopedia Sukses Lestari Tbk. (ASLC) yang telah mencatatkan saham pada hari ini, PT Net Visi Media Tbk. (NETV) melantai pada Rabu (26/1/2022), dan PT Mitra Angkasa Sejahtera Tbk. (BAUT) yang melantai pada Jumat (28/1/2022).
Inarno menyebut pertumbuhan IPO di Indonesia selama beberapa tahun terakhir menunjukkan tren yang positif. Indonesia bahkan menjadi pasar dengan aksi IPO teraktif di wilayah Asia Tenggara pada periode 2006 hingga November 2021.
Adapun, pada awal tahun ini, sudah ada 2 perusahaan yang resmi melantai di bursa Indonesia dengan dana yang dihimpun sebesar Rp723 miliar. Sementara itu, jumlah perusahaan tercatat di bursa hingga pertengahan Januari tercatat mencapai 768 emiten.
Hingga saat ini, 30 perusahaan dalam daftar antrian pipeline pencatatan saham BEI perinciannya 4 dari perusahaan dari sektor industrials; 4 perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals; 9 perusahaan dari sektor consumer cyclicals; 4 perusahaan dari sektor technology; 1 perusahaan dari sektor healthcare; 2 perusahaan dari sektor energy; 1 perusahaan dari sektor financials; 3 perusahaan dari sektor properties & real estate; dan 2 perusahaan dari sektor infrastructures.