Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren IHSG 2022 Diproyeksikan Positif, Bisa Menyentuh Level Rp7.500

Tahun ini dianggap sebagai masa pemulihan ekonomi setelah diterpa pandemi Covid-19 selama dua tahun belakangan.
Karyawan melintas di dekat layar yang menampilkan logo Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (26/1/2022). Bisnis/Suselo Jati
Karyawan melintas di dekat layar yang menampilkan logo Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (26/1/2022). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA- Tren Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 2022 diperkirakan positif, bergerak di kisaran level 6.500-7.500 karena terdorong fundamental ekonomi yang cenderung menguat pada tahun pemulihan perekonomian nasional.

Profesor for Finance and Investment di IPMI International Business School Roy Sembel mengatakan proyeksi pergerakan IHSG yang positif tahun ini, karena ekonomi yang mulai pulih setelah dilanda krisis dampak dari pandemi Covid-19 disokong beberapa indikator.

Seperti tingkat inflasi sekitar 2% plus minus 1%, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat di kisaran Rp13.500-Rp15.000. Benchmark rate sekitar 3%-4% serta gini index di rentang 0,384-0,387. Roy pun tak ragu memproyeksikan IHSG menyentuh level 7.500.

Di sisi lain, dia menjelaskan bahwa kondisi ekonomi Indonesia memiliki beberapa keunggulan seperti interest rate yang relatif rendah di level 3,5%. GDP per kapita Indonesia pun sudah kembali di atas $4.000 atau sudah mulai pulih sejak 2021. Inflasi pun dipertahankan plus minus sekitar 2%.

Selain itu, pembangunan di bidang infrastruktur dan maritim yang terus berjalan menjaga roda ekonomi terus berputar. Ketika ekonomi bergerak, kata dia, tingkat konsumsi kembali bertumbuh. Indonesia pun memiliki bonus demografi hingga 2035. Hal itu pun diperkuat regulasi Omnibus Law yang diharapkan terimplementasi dengan baik.

“Jadi ke depannya domestic stocks masih bagus untuk long term investment. Bagi yang suka trading atau short term investment boleh juga. IHSG diperkirakan bisa di level 7.500,” ujarnya optimistis.

Hal tersebut diungkapkan Roy dalam acara Investment Talk yang diselenggarakan D'ORIGIN Financial& Business Advisory bekerja sama dengan IGICO Advisory, Minggu (30/01/2022) secara daring.

Dalam kesempatan yang sama, Aria Santoso, President Director of CSA Institute juga mengemukakan analisanya terkait pasar modal tahun ini. Dia berpendapat 2022 adalah tahun harapan karena fundamental makro maupun mikro menunjukan pergerakan positif.

Hal itu pun terdorong program vaksinasi pemerintah yang masif yang menumbuhkan optimisme, sehingga membuat sektor riil kembali bergerak. Di sisi lain, optimisme terlihat di sektor keuangan yang merupakan penopang utama IHSG atau sektor terbesar yang menunjukan pergerakan positif.

Aria pun menyoroti sektor penopang lainnya yaitu energi yang terjadi upside yang bagus. Dia mengingatkan bahwa dalam masa pemulihan ekonomi akan terjadi penaikan kebutuhan energi yang lebih besar.

“Pada [tren] 2022 tadi Prof Roy mengatakan akan ada potensi kenaikan yang cukup optimistis pada IHSG. Bahkan di atas level 7.000. Dan saya juga melihat hal itu, maka saya makin percaya diri IHSG bisa sampai 7.500 karena di dukung analisa ekonomi makro Prof Roy,” kata dia menjelaskan.

Sementara itu, Director of PT Ekuator Swarna Investama Hans Kwee pun mengemukakan optimisme senada. Dia pun mengaitkan dengan penanggalan Cina yang memasuki tahun Macan Air yang menandakan kondisi yang lebih harmonis, atau akan lebih baik dari tahun sbeelumnya.

Macan Air menandakan banyak perubahan akan terjadi. Dia menggambarkan kebijakan moneter global yang banyak berubah. Adapun sektor yang akan menarik pada tahun Macan Air adalah sektor komoditas, elektronik dan digital, pendidikan, properti, kecantikan makanan dan properti.

Dengan catatan, lanjut dia, harus dibarengi dengan pengendalian pandemi yang semakin baik. Di sisi lain dia pun menekankan untuk waspada di sektor yang terkait logam dan perbankan. Terlebih di perbankan dana pencadangan untuk kredit bermasalah harus menjadi perhatian.

Dia pun menyoroti permasalahan di tataran global di mana Rusia berniat menginvasi Ukraina. Namun hal itu sepertinya urung terjadi karena Amerika Serikat campur tangan, sehingga menurutnya konflik tidak akan terjadi dan sektor komoditas akan aman.

Dengan pemetaan kondisi pasar tersebut, Hans memperkirakan bursa saham di kuartal pertama 2022 akan volatile. “Namun memasuki kuartal kedua 2022 market akan cukup positif bergerak. Perkiraan kami level 7.100-7.300 akan dicapai IHSG tahun ini,” ujarnya menekankan.

Sektor Menjanjikan & Pentingnya Literasi

Pada diskusi daring tersebut, Director of PT Kurikulum Saham Indonesia Alex Sukandar menjelaskan beberapa sektor yang mengalami penaikan awal tahun ini. Sektor energi mengalami upside 13% dan pada 2021 naik 49%.

Sektor transportasi naik 5,7% dan pada 2021 54%. Sektor finansial kenaikannya 2,61% dan tahun lalu 6,64%, Untuk sektor Kesehatan naik 1,36% sedangkan sepanjang 2021 naik 5,83%.

Di sisi lain Alex mengingatkan ada support yang krusial untuk IHSG yaitu di level 6.449 sebagai divergen yang harus diwaspadai. Adapun untuk level resistensi dia menyebut di area sideways 6.750. Dan level tersebut menurutnya harus mendapat perhatian dari investor.

“Kalau level 6.449 ini jebol ada kemungkinan divergen terkonfirmasi. Dan itu tidak perlu ditakuti kita perlu melakukan paper asset diversification bisa ke reksadana, deposito atau forex komoditas,” katanya menegaskan.

Sementara itu, dalam acara tersebut Arwani Pranajaya, Member of Haircut Committee KPEI mengingatkan agar investor ritel lebih cermat dan berhati-hati memilih instrumen investasi ketika memecah risiko seperti melakukan paper asset diversification.

Dengan semakin banyak produk investasi di pasar salah satu hal yang dapat diperhatikan adalah izin Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kepada lembaga atau perusahaan pengelolan investasi masyarakat. “Intinya ini berjung pada bagaimana meningkatkan literasi keuangan masyarakat kita. Tentunya acara ini juga saya yakin diadakan pun tak lepas dari tujuan baik tersebut untuk peningkatan literasi keuangan kita,” ujarnya.

Hal tersebut bukan tanpa alasan. Arwani mengungkapkan bahwa inklusi keuangan terus meningkat. Dia menyebut angka nasabah ritel selalu menunjukan peningkatan cukup signifikan dari tahun ketahun setidaknya sejak 2015. Hal itu perlu dibarengi dengan literasi agar masyarakat tidak salah jalan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Kahfi

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper