Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah menguat lebih dari 2 persen pada akhir perdagangan Selasa (25/1/2022) di tengah kekhawatiran ketatnya pasokan karena ketegangan Ukraina-Rusia, ancaman terhadap infrastruktur di Uni Emirat Arab, dan perjuangan OPEC+ untuk mencapai target kenaikan produksi bulanan.
Dilansir Antara, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret melonjak 1,93 poin atau 2,2 persen ke level US$88,20 per barel. Sementara itu harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Maret terangkat 2,29 poin atau 2,8 persen ke US$85,60 per barel.
Para analis mencatat bahwa harga minyak naik meskipun ada penurunan di pasar ekuitas dan kemungkinan kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve AS pada Rabu waktu setempat.
"Risiko geopolitik mengirim harga minyak mentah lebih tinggi karena pasar minyak yang ketat yang sudah berjuang melawan persediaan yang rendah tampaknya rentan terhadap kekurangan dalam beberapa bulan mendatang," kata Analis Pasar Senior OANDA Edward Moya, seperti dikutip Antara, Rabu (26/1/2022).
“Pedagang energi tidak tahu bagaimana situasi di perbatasan Ukraina-Rusia akan terungkap atau apakah Iran akan dapat mencapai kesepakatan nuklir, tetapi kemungkinannya adalah sesuatu tidak akan berjalan dengan baik dan itu kemungkinan akan menyebabkan beberapa kekurangan pasokan untuk pasar minyak," kata Moya.
Amerika Serikat sedang dalam pembicaraan dengan negara-negara penghasil energi utama dan perusahaan di seluruh dunia mengenai kemungkinan pengalihan pasokan ke Eropa jika Rusia menginvasi Ukraina, kata pejabat senior pemerintahan Biden.
Baca Juga
Rusia mengatakan sedang mengamati dengan sangat prihatin setelah Amerika Serikat menempatkan 8.500 tentara dalam siaga untuk siap dikerahkan ke Eropa jika terjadi eskalasi dalam krisis Ukraina.
Di Timur Tengah, gerakan Houthi Yaman yang bersekutu dengan Iran meluncurkan serangan rudal pada Senin (24/1/2022) di pangkalan Uni Emirat Arab yang menampung militer AS. Serangan itu digagalkan oleh pencegat Patriot buatan AS, kata pejabat AS dan Emirat.
Juga memicu kekhawatiran pasokan adalah kesulitan yang dihadapi oleh OPEC+, yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak bersama dengan Rusia dan produsen lainnya, dengan upaya untuk mencapai target peningkatan produksi bulanan sebesar 400.000 barel per hari.
Sementara itu di Iran, pembicaraan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 dengan kekuatan Barat mendekati jalan buntu yang berbahaya, Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mengatakan pada Selasa (25/1/2022). Keberhasilan dalam pembicaraan tersebut dapat mengakibatkan pencabutan sanksi terhadap Iran dan lebih banyak barel minyak Iran untuk pasar dunia.
Persediaan minyak AS yang lebih rendah juga memberikan dukungan, dengan stok minyak mentah di Cushing, Oklahoma, pada level terendah untuk sepanjang tahun sejak 2012.
Pasar sedang menunggu laporan persediaan AS dari American Petroleum Institute (API), sebuah kelompok industri, pada Selasa (25/1/2022) dan Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu waktu setempat.
Para analis memperkirakan data persediaan minyak mingguan AS terbaru akan menunjukkan penarikan 700.000 barel dari stok minyak mentahnya.