Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas mencapai level tertinggi dalam dua bulan terakhir pada penutupan Selasa (25/1/2022), di tengah kekhawatiran geopolitik atas Ukraina yang mendorong investor menuju aset safe haven.
Dilansir Antara, kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, melonjak 10,8 poin atau 0,59 persen ke level US$1.852,50 per troy ounce. Di pasar spot, harga emas juga naik 0,06 persen menjadi US$1.849,04 per troy ounce pada pukul 06.22 WIB.
Editor Gold Newsletter Brien Lundin mengatakan ketegangan Ukraina tidak diragukan lagi telah membantu emas selama dua sesi terakhir. Namun, ia meyakini pendorong sebenarnya adalah rencana The Fed untuk segera memulai kenaikan suku bunga.
"Itu mungkin tampak kontra-intuitif, tetapi catatan dengan jelas menunjukkan polanya, kemungkinan karena pedagang menjual emas untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga," ungkap Brien, seperti dikutip Antara, Rabu (26/1/2022).
Rusia mengatakan sedang mengamati dengan sangat prihatin setelah Amerika Serikat menempatkan 8.500 tentara dalam siaga untuk siap dikerahkan jika terjadi eskalasi, sementara Inggris mendesak sekutu Eropanya untuk menyiapkan sanksi jika Rusia menginvasi Ukraina.
Emas bertindak seperti "pelarian ke perdagangan yang aman" dalam skenario menunggu dan memantau sampai setelah pengumuman Fed besok, kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.
Investor menunggu isyarat tentang seberapa agresif The Fed untuk sisa tahun ini dan apakah itu akan memberi sinyal lebih banyak kenaikan untuk mengatasi inflasi, Haberkorn menambahkan.
The Fed diperkirakan akan menunjukkan rencananya untuk menaikkan suku bunga pada Maret dan menawarkan wawasan tentang seberapa hawkish yang akan terjadi.
Meskipun emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan risiko geopolitik, kenaikan suku bunga akan meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Emas juga tampaknya melepaskan tekanan dari arus masuk ke mata uang safe-haven dolar saingannya yang telah menyentuh tertinggi dua minggu.
"Meskipun Fed kemungkinan akan mengumumkan dimulainya siklus kenaikan suku bunga AS minggu ini, emas terus bertahan dengan baik. Dukungan untuk logam kuning berasal dari inflasi yang tinggi dan peningkatan volatilitas pasar," kata analis UBS Giovanni Staunovo.
"Kecuali jika Fed mengejutkan dengan pernyataan yang lebih hawkish, emas (bisa) tetap didukung," kata Staunovo, menambahkan bahwa secara historis, emas mengungguli ekuitas ketika volatilitas pasar meningkat.
Harga emas juga mendapatkan dukungan tambahan karena Dana Moneter Internasional (IMF) merilis Prospek Ekonomi Dunia pada Selasa (25/1/2022), dengan menurunkan perkiraannya untuk pertumbuhan ekonomi global.