Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat ditutup menguat pada perdagangan Senin (24/1/2022) setelah meredanya aksi jual saham terbesar dalam dua tahun terakhir.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 0,29 persen ke level 34.364,50, sedangkan indeks S&P 500 menguat 0,28 persen ke 4.410,13 dan Nasdaq Composite naik 0,63 persen ke 13.855,13.
Indeks S&P 500 rebound setelah jatuh hingga 4 persen pekan lalu. Sektor ritel, energi dan industri memimpin kenaikan indeks. Sebelum rebound, indeks melemah lebih dari 10 persen di bawah rekor 3 Januari.
BlackRock Investment Institute mengatakan kekhawatiran atas kenaikan suku bunga acuan oleh Fed yang akan segera terjadi membebani aset berisiko. Suku bunga yang lebih tinggi menimbulkan ancaman bagi ekuitas. Di sisi lain, indeks masih berpeluang untuk menguat bahkan ketika imbal hasil Treasury melanjutkan pergerakannya.
Tim ahli strategi Oppenheimer yang dipimpin oleh John Stoltzfus menulis pada hari Senin bahwa pemulihan indeks mungkin datang lebih cepat dari yang diharapkan.
“Lihat kondisi oversold yang kita hadapi, dan tren kenaikan jangka panjang yang masih ada di pasar, dan gabungkan itu dengan fakta bahwa spread kredit sangat baik saat ini,” tulis kepala strategi pasar Crossmark Global Investments Victoria Fernandez, dilansir Bloomberg, Selasa (25/1/2022).
"Masih ada sejumlah dukungan untuk pasar saham, hanya akan ada sedikit volatilitas," lanjutnya.
Spekulan yang membatalkan ekspektasi bullish pada dolar saat ini kehilangan reli mata uang menjelang keputusan Fed pada hari Rabu. Posisi spekulatif net-long terhadap mata uang utama telah turun paling banyak sejak Juni 2020, menurut data terbaru dari Komisi Perdagangan Berjangka Komoditi.
Sementara itu, Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO mengatakan akan meningkatkan penempatan pasukan di Eropa timur dalam upaya untuk mencegah invasi baru Rusia di Ukraina. Sementara itu, Pentagon mengumumkan menempatkan 8.500 tentara dalam siaga tinggi. Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin membantah merencanakan serangan.