Bisnis.com, JAKARTA – Emas menuju kenaikan mingguan kedua berturut-turut, bahkan ketika kenaikan imbal hasil obligasi menyusul inflasi, yang seharusnya mengurangi daya tarik aset tanpa bunga.
Mengutip data Bloomberg, Sabtu (22/1/2022), harga emas bergerak turun tetapi masih di kisaran US$1.835 per troy ons. Emas Comex turun 10,80 poin atau 0,59 persen ke US$1.834,10 per troy ons, dan harga emas spot turun 3,91 poin atau 0,21 persen ke US$1.835 per troy ons.
“Harga emas berfluktuasi di dekat level resistensi utama sekitar US$1.835 per ons, setelah penurunan imbal hasil obligasi nominal dari level tertinggi dua tahun membantu emas naik di awal pekan. Sebelum kemudian terbebani penurunan ukuran inflasi berbasis pasar yang meningkatkan pengembalian riil Treasuries karena tidak menghasilkan bunga,” jelas ahli strategi TD Securities yang dipimpin oleh Bart Melek, dilansir Bloomberg, Sabtu (22/1/2022).
Namun, logam mulia tersebut berhasil bertahan stabil bahkan ketika bank sentral berubah lebih hawkish.
Volatilitas di pasar saham membantu memacu permintaan untuk aset haven, dengan Indeks S&P 500 berada di jalur untuk pekan terburuk dalam hampir 15 bulan. Selain itu, ketegangan geopolitik antara AS dan Rusia atas Ukraina juga sedikit memberikan dukungan.
“Dengan penurunan ekuitas, pedagang komoditas yang menggunakan strategi mengikuti tren mungkin secara tidak sengaja menambah aliran masuk juga," kata Melek.