Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Masih Tertekan Sentimen Imbal Hasil Obligasi AS, Rupiah Kembali Ditutup Melemah

Nilai tukar rupiah ditutup terdepresiasi 28 poin atau 0,20 persen ke Rp14.364 per dolar AS.
Karyawati menghitung uang rupiah di kantor cabang Bank KB Bukopin Syariah di Jakarta, Selasa (21/12/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawati menghitung uang rupiah di kantor cabang Bank KB Bukopin Syariah di Jakarta, Selasa (21/12/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah ditutup melanjutkan pelemahan pada perdagangan Rabu (19/1/2022) meskipun di tengah pelemahan indeks dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, Rabu (19/1/2022), rupiah ditutup di zona merah, turun 28 poin atau 0,20 persen ke Rp14.364 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS juga bergerak di zona merah, turun 0,07 persen ke 95,66.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebutkan indeks dolar AS sempat naik pada Rabu pagi setelah imbal hasil AS naik dan mendorongnya kembali di atas level support yang belum pernah tercapai dalam beberapa bulan terakhir.

“Hal ini karena ekspektasi kenaikan suku bunga yang lebih cepat dari perkiraan,” jelas Ibrahim dalam riset harian, Rabu (19/1/2022).

Saat ini, investor bersiap untuk keputusan kebijakan Federal Reserve AS berikutnya, yang akan dijatuhkan pada 26 Januari 2022. Bank sentral juga diperkirakan akan mengambil langkah-langkah yang lebih agresif untuk mengekang tingkat inflasi yang terus tinggi.

Dengan Federal Reserve AS yang akan menurunkan keputusan kebijakannya pada pekan berikutnya, investor khawatir tentang langkah hawkish lebih lanjut.

The Fed secara luas juga diperkirakan akan menaikkan suku bunga tiga kali lagi dalam 2022. Penguatan dolar AS dapat berlanjut jika investor mulai mengharapkan suku bunga naik tidak hanya lebih cepat tetapi juga lebih jauh.

Di sisi internal, Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengalokasikan anggaran sebesar Rp455,62 triliun untuk program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di tahun 2022. Jumlah anggaran ini turun dari 2021 yang mencapai Rp744,77 triliun dan terealisasi sementara sebanyak Rp658,6 triliun.

Anggaran PEN tersebut akan dialokasikan untuk kesehatan sebanyak Rp122,5 triliun, perlindungan sosial Rp154,8 triliun, dan penguatan ekonomi Rp 178,3 triliun. Sedangkan anggaran untuk kesehatan akan tetap berfokus pada vaksin yang perlu diselesaikan. Selain itu, perawatan rumah sakit pada tahun lalu masih besar akibat dari merebaknya varian Delta.

Selain itu, alokasi kesehatan di PEN ini underbudgeting karena realisasinya yang akan naik apabila terjadi peningkatan kasus. Sementara itu, untuk vaksinasi menurutnya relatif bagus, karena realisasinya yang rendah, karena hibah.

Di samping terkait anggaran PEN, pelaku pasar juga akan menunggu alias wait and see hasil dari Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang diselenggarakan pada hari ini (19/1/2022) sampai Kamis esok (20/1/2022).

“Adapun, pasar akan merespons keputusan terkait suku bunga acuan BI yang akan diketahui pada Kamis ini,” jelasnya.

Untuk perdagangan Kamis (20/1/2022), Ibrahim memperkirakan rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.340 - Rp14.400 per dolar AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper