Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat melemah pada awal perdagangan Selasa (11/1/2022) karena pelaku pasar tengah menantikan pidato Kepala Federal Reserve Jerome Powell di sidang Komite Perbankan Senat
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average terpantau melemah 0,44 persen ke 35.908,54, sedangkan indeks S&P 500 turun 0,21 persen ke 4.658,58.
Di sisi lain, indeks Nasdaq menguat 0,16 persen ke 14.966,46.
Indeks S&P 500 turun untuk hari keenam berturut-turut, sekaligus pelemahan beruntun terpanjang sejak Februari 2020. Imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun bergerak di kisaran 1,8 persen.
Pelaku pasar tengah menantikan pidato Powell di depan Senat. Dalam sambutannya yang sudah disiapkan, Powell mengatakan The Fed akan mencegah inflasi yang lebih tinggi agar tidak mengakar, tanpa menyebutkan tindakan spesifik apa pun.
Sementara itu, Presiden The Fed Bank of Kansas City Esther George mengatakan dia memilih mengurangi neraca the Fed senilai US$8,77 triliun lebih awal selama proses normalisasi kebijakan, sementara Presiden The Fed Bank of Atlanta Raphael Bostic mengatakan para pejabat mungkin perlu menaikkan suku bunga pada awal Maret.
Baca Juga
Terkait emiten, CVS Health Corp. mengatakan pendapatan yang disesuaikan setahun penuh untuk 2021 akan berada dalam kisaran yang lebih tinggi dari yang diperkirakan oleh para analis saat ini.
Sementara itu, American Airlines Group Inc. diperkirakan mencatat pendapatan yang lebih tinggi pada kuartal IV/2021 dibandingkan perkiraan analis.
Tidak terpengaruh oleh awal pasar saham yang fluktuatif tahun ini, sejumlah analis dari Goldman Sachs Group Inc. hingga UBS Global Wealth Management mengulangi seruan bullish di tengah ekspektasi bahwa pasar saham dapat bertahan dengan suku bunga yang lebih tinggi dan imbal hasil obligasi yang meningkat.
“Aksi jual dalam beberapa saham bervaluasi tinggi mungkin akan segera berakhir,” tulis ahli tim analis Goldman yang dipimpin oleh Cecilia Mariotti, seperti dilansir Bloomberg, Selasa (11/1/2022).
Sementara itu, Goldman memangkas perkiraannya untuk pertumbuhan ekonomi China tahun ini menjadi 4,3 persen karena meningkatnya kesulitan untuk menahan penyebaran varian Omicron virus corona yang lebih menular.