Bisnis.com, JAKARTA – Mengawali tahun ini, rupiah ditutup melemah tipis di hadapan dolar AS dengan adanya beragam sentimen yang mendorong penguatan dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, Senin (3/1/2021) rupiah terkoreksi 3 poin atau 0,02 persen dari sebelumnya ke Rp14.265 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS menguat 0,28 poin atau 0,30 persen ke 95,88.
Tim Riset Monex Investindo Futures (MIFX) mengatakan outlook dolar AS mengalami penguatan pada hari ini terkait dengan rencana pemangkasan stimulus atau tapering dan kenakan suku bunga bank sentral AS, kendati rilis data ekonomi Indonesia yang cukup positif.
Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi pada Desember 2021 mencapai 0,57 persen (month-to-month/mtm). Inflasi pada Desember 2021 tercatat sebagai inflasi tertinggi selama 2 tahun terakhir.
Selain itu, Purchasing managers' index (PMI) manufaktur Indonesia pada Desember 2021 berada di posisi 53,5, turun dari bulan sebelumnya 53,9. Meski demikian, PMI manufaktur Indonesia dinilai tetap berada di level ekspansif.
Sementara itu, The Federal Reserve AS telah menjalankan tapering untuk memangkas stimulus yang berjalan dan berencana akan mengakhirinya di pertengahan 2022. The Fed juga bersiap menaikkan tingkat suku bunga acuannya.
Baca Juga
“Langkah ini dipandang perlu di tengah ancaman tingginya inflasi di AS akan menekan daya beli masyarakat yang baru kembali tertopang ekonominya dari keterpurukan wabah Corona,” tulisnya dalam riset harian, Senin (3/1/2022).
Selain rupiah, beberapa mata uang lainnya di Asia juga tercatat melemah hari ini seperti ringgit Malaysia yang melemah 0,13 persen, peso Filipina melemah 0,01 persen, won Korea Selatan melemah 0,16 persen, dan yen Jepang melemah 0,19 persen.
Di sisi lain, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru membuka tahun ini dengan penguatan, ditutup parkir di zona hijau, naik 83,82 poin atau 1,27 persen ke 6.665,30.