Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Jatuh di Sesi I, dari BMRI hingga ARTO Kompak Dibuang Asing

Sebanyak 202 saham hijau, 315 saham merah dan 152 saham bergerak stagnan. IHSG melaju dalam rentang 6.547,25-6.579,12 selama sesi perdagangan hari ini.
Karyawan melintas di dekat layar penunjuk pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Karyawan melintas di dekat layar penunjuk pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) parkir di zona merah dengan pelemahan 0,58 persen atau 38,21 poin ke 6.563,71 pada akhir sesi I perdagangan Senin (20/12/2021).

Sebanyak 202 saham hijau, 315 saham merah dan 152 saham bergerak stagnan. IHSG melaju dalam rentang 6.547,25-6.579,12 selama sesi perdagangan hari ini.

Investor asing membukukan aksi jual bersih Rp255,71 miliar di seluruh pasar. Saham PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) menjadi yang paling banyak dilepas asing senilai Rp32,1 miliar. Menyusul saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang dijual Rp28,6 miliar.

Hal serupa juga terjadi pada saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) dan PT Bank Jago Tbk. (ARTO). Ketiganya mengalami net foreign sell masing-masing Rp19,7 miliar, Rp16,8 miliar dan Rp14 miliar.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, berdasarkan analisa teknikal, pihaknya melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak melemah terbatas dan diperdagangkan pada 6.560-6.645.

“Saat ini upaya pemerintah dalam memulihkan negara ke kondisi sebelum pandemi menjadi harapan bagi pelaku usaha, sehingga kami menilai investasi masuk merupakan solusi guna mendukung terciptanya lapangan kerja baru dan juga ekspansi bisnis,” jelasnya dalam riset harian, Senin (20/12/2021).

Seperti diketahui, pemerintah mematok target investasi sebesar Rp1.200 triliun untuk 2022, naik sebesar 33 persen dari target realisasi tahun 2021. kenaikan target realisasi investasi pada tahun depan berkaitan dengan upaya pemerintah untuk mencapai target konsolidasi fiskal.

Setelah pandemi Covid-19, kondisi fiskal dinilai dapat kembali terjaga ketika keluar dari berbagai kebijakan khusus, di mana defisit anggaran diperbolehkan berada di atas 3 persen hingga 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper