Bisnis.com, JAKARTA - Emiten Grup Bakrie di bidang jasa pertambangan PT Darma Henwa Tbk. (DEWA) menjadi kerja sama dengan PT MNC Energi dan PT MNC Infrastruktur Utama milik Hary Tanoesoedibjo.
Chief Investor Relations & Corporate Secretary DEWA Mukson Arif Rosyidi menyampaikan Darma Henwa telah menandatangani perjanjian payung (umbrella agreement) penambangan batu bara dengan MNC Energi dan MNC Infrastruktur Utama.
"DEWA akan menjadi kontraktor tambang untuk MNC Energi dan MNC Infrastruktur Utama," paparnya dalam keterbukaan informasi, Senin (13/12/2021).
Perjanjian Payung antara DEWA dan MNC Energi berfungsi sebagai perjanjian induk yang meliputi perjanjian jasa pertambangan, penanganan batu bara, pemasokan batu bara/ penjualan batu bara, pengangkutan, perbantuan teknikal, dan perjanjian lain yang relevan.
MNC Energi (MNCE) adalah perusahaan induk dari beberapa perusahaan operator pertambangan batu bara yang memiliki Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) di Musi Banyuasin, Sumatra Selatan. Adapun, MNC Infrastruktur utama adalah perusahaan infrastruktur dan manajemen pelabuhan yang mendukung kegiatan MNCE.
Menurut Mukson, adanya perjanjian tersebut dapat menambah kegiatan operasional DEWA, sekaligus berkontribusi menambah pendapatan perusahaan.
Baca Juga
"Kelangsungan usaha DEWA menjadi lebih baik dengan adanya tambahan portofolio," imbuhnya.
Sebelumnya, PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk (IATA) telah menandatangani Conditional Sale and Purchase Agreement (CSPA) dengan PT MNC Investama Tbk (BHIT) akan mengakuisisi 99,33 persen saham PT Bhakti Coal Resources (BCR).
Valuasi gabungan 100 persen PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal (BSPC) dan 53,84 persen dan Putra Muba Coal (PMC) dari KJPP Kusnanto & Rekan adalah US$181,9 juta.
Head of Investor Relations Indonesia Transport and Infrastructure Natassha Yunita mengungkapkan IATA dan BHIT setuju bahwa 99,33 persen BCR harga transaksi pembelian US$140 juta atau setara Rp2 triliun (kurs Rp14.300), 23 persen lebih rendah dari valuasi BSPC dan PMC. Pembelian ini harga US$140 juta termasuk tujuh IUP lainnya.
Pada akhir tahun 2021, pendapatan BCR diproyeksikan mencapai US$74,8 juta dengan EBITDA US$33 juta. BCR akan meningkatkan produksinya menjadi 8 juta MT pada tahun 2022 dan 12 juta MT pada tahun 2023.
BCR juga memiliki infrastruktur pendukung seperti dermaga, dan jalan angkut sepanjang 12 km. BCR akan membangun dermaga baru dan jalan angkut untuk meningkatkan kapasitas produksinya.
Perlu diperhatikan mengingat jarak tempuh pendek 12-17 km jarak dari lubang penambangan ke dermaga dan pengupasan tanah yang rendah rasio, biaya produksi BSPC dan PMC cukup rendah, sehingga memberikan margin yang besar pada batubara saat ini harga penjualan.
"Karena akuisisi dianggap material transaksi, IATA harus memenuhi semua persyaratan diwajibkan oleh Otoritas Jasa Keuangan [OJK], Bursa Efek Indonesia [BEI], dan terkait lainnya regulasi, terutama untuk transfer penerbangan IATA izin usaha kepada anak perusahaan baru," jelasnya, Rabu (1/12/2021).