Bisnis.com, JAKARTA – Harga saham PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk. (IATA) dan PT MNC Investama Tbk. (BHIT) terpantau melesat pada pagi hari ini, Senin (18/10/2021).
Berdasarkan data Bloomberg, saham IATA sebagai emiten transportasi yang juga akan merambah bisnis baru melalui akuisisi perusahaan batu bara telah melonjak 34 persen atau 17 poin ke level 67 per pukul 10.45 WIB.
Saham IATA terpantau telah mengalami stagnasi setidaknya dalam tiga tahun kebelakang dengan menempati harga saham di posisi 50. Saat ini kapitalisasi pasar IATA tercatat sebesar Rp716,74 miliar.
Pagi ini saham IATA dibuka di level 52 di rentang Rp50 - Rp67 dengan volume yang diperdagangkan sebanyak 162,63 juta dan nilai transaksi Rp10,24 miliar.
Sementara itu, saham emiten investasi BHIT yang awalnya merupakan pemegang saham mayoritas perusahaan batu bara MNC Grup juga tercatat naik 7,52 persen atau 5 poin ke posisi 74.
Baca Juga
Saham BHIT yang diperdagangkan hingga saat ini berada dalam rentang harga 68-76 dengan volume yang diperdagangkan sebanyak 610,44 juta dan nilai transaksi sebesar Rp44,78 miliar. Saat ini kapitalisasi pasar BHIT sebesar Rp6,37 triliun.
Sebelumnya, pada Jumat (18/10/2021), IATA mengumumkan telah menandatangani nota kesepahaman dengan perusahaan batu bara PT MNC Energi yang sebagian mayoritas sahamnya dimiliki PT MNC Investama Tbk. (BHIT).
Berdasarkan keterangan resmi IATA, akuisisi ini akan terjadi setelah hasil uji tuntas dan valuasi terhadap PT MNC Energi selesai dijalankan.
“Dengan asumsi semua proses due diligence berjalan lancar, IATA akan segera meminta restu OJK, dengan target penyelesaian transaksi pada akhir kuartal I/2022,” tulis Head of Investor Relations MNC Group, Natassha Yunita dalam keterangan resmi, Jumat (15/10/2021).
Setelah transaksi, IATA akan menjadi entitas induk untuk seluruh perusahaan batu bara MNC Group diantaranya PT Bhakti Coal Resources, PT Nuansacipta Coal Investment, dan juga PT Suma Sarana yang merupakan perusahaan eksplorasi tambang batu bara dan juga minyak.
Rencana transaksi yang dilakukan oleh IATA merupakan langkah strategis perseroan untuk memanfaatkan momentum yang timbul dari lonjakan harga komoditas batu bara yang berkelanjutan.
“IATA meyakini akuisisi ini tidak hanya akan mendongkrak prospek bisnis, tetapi juga secara signifikan menguatkan nilai perusahaan,” tulis Natassha.