Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 2022 mendatang diperkirakan akan tembus ke posisi 7.600, bahkan 8.000 seiring dengan berlanjutnya program pemulihan ekonomi serta masih tingginya harga komoditas yang dipercaya bisa mengerek pertumbuhan ekonomi domestik.
CEO Mirae Asset Sekuritas Indonesia Tae Yong Shim mengatakan sejumlah sektor bisnis dan industri terpukul akibat hantaman pandemi Covid-19. Tetapi, Indonesia berhasil keluar dari jurang resesi setelah pada kuartal II 2021 ekonomi RI tumbuh sebesar 7,07 persen.
“Kendati pada kuartal III 2021 produk domestik bruto (PDB) melambat, yakni sebesar 3,51 persen, namun pertumbuhan yang masih positif tersebut menandakan ekonomi Indonesia cukup tangguh,” ujarnya pada acara Market Outlook 2022: Indonesia Economic Recovery and Revival yang diselenggarakan Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Jumat (10/12).
Head of Research Investment Strategist Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya memproyeksikan, IHSG bisa menguat hingga ke level 7.600 pada 2022 mendatang. Sementara akhir tahun 2021, Mirae Asset Sekuritas memperkirakan IHSG akan bertengger di kisaran 6.880.
Menurutnya pertumbuhan kinerja positif emiten yang terus berlanjut dan preferensi para pemodal asing yang menilai bahwa pasar saham negara-negara berkembang memiliki kinerja yang lebih tinggi dibanding negara-negara maju.
Hariyanto menilai Indonesia masih akan mendapatkan berkah dari harga komoditas yang diproyeksikan tetap tinggi di tahun depan. Hal ini menyusul besarnya eksposur RI akan ekspor barang komoditas. Momentum tersebut akan mengerek transaksi ekspor Indonesia secara keseluruhan yang pada akhirnya bisa mendorong ekonomi dan kinerja perusahaan tumbuh lebih tinggi.
Baca Juga
“Secara historis, dana asing yang masuk ke pasar saham Indonesia akan meningkat ketika harga komoditas tinggi, seperti yang terjadi pada 2013-2014 dan 2020-2021. Oleh karena itu, di tahun 2022 aliran dana asing diperkirakan akan terus masuk ke pasar saham domestik sejalan dengan masih tingginya harga komoditas,” paparnya.
Salah satu komoditas yang akan menjadi primadona adalah minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). Komoditas ini dipercaya akan membawa dampak signifikan terhadap kinerja IHSG.
Terlebih, saat ini porsi kebun plasma atau kebun yang dimiliki oleh petani jumlahnya kian bertambah. Tingginya harga CPO akan membuat daya beli petani meningkat.
Hariyanto memperkirakan, para petani yang pada tahun ini cenderung menyimpan penghasilannya dalam bentuk tabungan akan membelanjakannya pada 2022 mendatang. Hal tersebut akan berkontribusi terhadap tumbuhnya tingkat konsumsi masyarakat yang menjadi pendorong terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Berdasarkan riset Mirae, pada skenario bull case IHSG pada akhir 2022 berada di level 8.000 dengan potensi kenaikan sekitar 22,1 persen. Skenario bull case mengasumsikan pertumbuhan laba bersih IHSG pada 2022-2023 masing-masing sebesar 22 persen dan 12 persen yoy, dan target P/E IHSG sebesar 16,4 kali.
IHSG skenario terbaik bisa terwujud jika terjadi supercycle komoditas yang membuat harga komoditas, terutama harga CPO dan batu bara bertahan pada tingkat yang menguntungkan sepanjang 2022, yang bakal mendongkrak kinerja laba emiten.