Bisnis.com, JAKARTA - Dolar AS akhirnya kembali menguat setelah mengalami kerugian di sesi sebelumnya pada akhir perdagangan Kamis pagi (2/12/2021).
Indeks dolar terhadap enam mata uang utama lainnya naik 0,1 persen di sore hari di New York setelah jatuh 0,3 persen di pagi hari. Greenback naik terhadap dolar Kanada, Australia dan Selandia Baru serta terhadap euro dan pound Inggris. Di sisi lain, laporan varian baru virus corona Omicron dan penurunan menekan mata uang komoditas.
"Apa yang Anda lihat adalah langkah risk-off klasik di pasar valas dan itu berarti dolar mengungguli mata uang komoditas," kata Erik Bregar, Analis Valuta Asing Independen.
Namun, dolar AS melemah terhadap mata uang yen Jepang, yang sering dilihat sebagai tempat yang lebih aman, turun 0,3 persen menjadi 112,805 yen.
Pergeseran tersebut menggarisbawahi kerapuhan kurs valuta asing dari jam ke jam karena para pedagang mempertimbangkan apa yang mungkin dilakukan varian Omicron terhadap rencana yang diisyaratkan oleh Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada Selasa (30/11/2021) untuk bergerak lebih cepat menaikkan suku bunga AS.
Varian ini menjadi dominan di Afrika Selatan dan CDC mengumumkan virus ini telah muncul di Amerika Serikat.
"Kami mendapatkan klaim yang bertentangan tentang varian baru ini, dan komentar Powell benar-benar membuat pasar bingung," kata Kepala Strategi Pasar di Bannockburn Global Forex Marc Chandler. "Orang-orang masih cukup gugup," tambah Chandler.
Rebound dolar AS dimulai ketika laporan dari Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur AS meningkat pada November di tengah permintaan yang kuat untuk barang-barang, menjaga inflasi tetap tinggi ketika pabrik-pabrik terus berjuang dengan kekurangan bahan baku terkait pandemi.
Menurutnya, laporan sebelumnya tentang penggajian swasta AS menunjukkan bahwa [laporan] Jumat (3/12/2021) akan membawa laporan pekerjaan yang solid ketika pemerintah memposting angka penggajian yang lebih komprehensif
"Data pekerjaan AS pada Jumat (3/12/2021) adalah hal besar berikutnya," kata Chandler.
Greenback melonjak hampir 7,0 persen tahun ini dan November adalah bulan terkuat sejak Juni. Euro kehilangan 0,2 persen hari ini menjadi US$1,1314.
Sementara itu, poundsterling Inggris, sering dianggap sebagai mata uang risk-on, turun kembali 0,2 persen terhadap dolar setelah naik 0,4 persen. Pound sedang berjuang untuk pulih setelah mencapai level terendah dalam hampir satu tahun awal pekan ini di tengah kekhawatiran atas efektivitas vaksin terhadap varian Omicron.
Dolar Australia kehilangan 0,4 persen menjadi US$0,7103 dan dolar Selandia Baru kehilangan 0,3 persen menjadi US$0,6805.