Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Tren Obligasi 2022 hingga Perkembangan Varian Omicron

Selain soal tren penggalangan dana melalui surat utang pada 2022, berbagai berita pilihan tersaji dari meja redaksi Bisnisindonesia.id. Mulai dari perkembangan terkini varian Omicron Covid-19 hingga ketidakpastian pasar modal menyusul putusan MK Soal UU Cipta Kerja.
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo

Bisnis.com, JAKARTA — Gairah penggalangan dana lewat instrumen obligasi pada 2022 diperkirakan ramai dengan taksiran nilai mencapai Rp46,8 triliun yang berasal dari instrumen jatuh tempo.

Lantas, apa saja faktor-faktor yang memengaruhi semarak penerbitan obligasi pada 2022? Bisnisindonesia.id memiliki analisis aktual untuk menjawab isu tersebut.

Selain soal tren penggalangan dana melalui surat utang pada tahun depan, berbagai berita pilihan tersaji dari meja redaksi Bisnisindonesia.id. Mulai dari perkembangan terkini varian Omicron Covid-19 hingga ketidakpastian pasar modal menyusul putusan MK Soal UU Cipta Kerja.

Berikut highlight Bisnisindonesia.id, Minggu (28/11/2021) :

Nasabah Timbun Rp7.301 Triliun di Bank

Tren menyimpan dana di bank masih berlanjut pada 2021 dengan total dana simpanan mencapai Rp7.301 triliun.

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyebut nilai tersebut naik 9,1 persen secara tahunan per Oktober 2021. Menariknya, dari total dana simpanan, kontribusi terbesar berasal dari simpanan dengan ukuran lebih dari Rp5 miliar.

 “Berdasarkan tiering simpanan, nominal simpanan terbesar terdapat pada tiering simpanan di atas Rp5 miliar yang mencakup 50,9 persen total simpanan,” demikian yang ditulis dalam laporan LPS Distribusi Simpanan Bank Umum edisi Oktober 2021.

LPS melaporkan bahwa simpanan naik pada semua kategori. Terlebih, pertumbuhan disokong dari distribusi simpanan nasabah dengan saldo rekening di atas Rp5 miliar per Oktober 2021 yang tumbuh 13,6 persen secara tahunan menjadi Rp3.719 triliun.

Adapun, pada kategori dengan dana simpanan lebih kecil, pertumbuhannya pada kisaran 3,2 persen sampai 6,5 persen secara tahunan.

Platform Aset Kripto Buatan RI Ikut Bersaing di Pasar Global

Minat terhadap aset kripto semakin hari semakin tinggi. Biarpun keuntungan cenderung didapat dari spekulasi, namun jumlah investornya terus bertambah.

Bahkan minat investor terhadap aset kripto tumbuh pesat di Asia Tenggara. Aset kripto dianggap sebagai instrumen alternatif investasi selain komoditas, saham dan emas.

Tak heran jika pertumbuhan industri aset kripto di kawasan tersebut cukup tinggi. Chief Executive Officer (CEO) Litedex Andrew Suhalim mengatakan minat besar atas aset kripto ini juga sangat dirasakan di Indonesia.

Hingga 2021, investor aset kripto meningkat hingga 7,4 juta atau naik rerata 162% per tahun sejak 2015.

Tidak hanya investor yang terus bertambah, jumlah perusahana penyedia platform aset digital tersebut juga semakin banyak. Salah satunya Litedex Protocol. 

Ketidakpastian Nasib UU Cipta Kerja Mengganjal Pasar Modal

Keputusan Mahkamah Konstitusi yang meminta pemerintah dan DPR memperbaiki UU Cipta Kerja dapat berpengaruh ke pasar modal. Ketidakpastian regulasi akan menciptakan sentimen negatif bagi sektor-sektor yang selama ini diuntungkan oleh UU sapu jagat itu.

Analis pasar modal menilai UU Cipta Kerja yang inkonstitusional akan membuat investor ragu pada kepastian hukum di Indonesia meskipun dampak itu belum tampak pada pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) 2 hari terakhir.

IHSG ambruk pada perdagangan Jumat (26/11/2021) dengan ditutup jatuh 137 poin atau 2,06 persen ke level 6.561,55. Sebanyak 476 saham merah, 99 saham hijau, dan 98 saham stagnan. Investor asing membukukan aksi jual bersih di seluruh pasar Rp257,88 miliar.

Saham BBCA menjadi yang paling banyak dilego asing senilai Rp322,4 miliar yang membuat harganya ambles 2,02 persen.

Menyusul BBCA, saham BUKA dijual Rp108,8 miliar sehingga harganya anjlok 6,45 persen. Berikutnya, saham BMRI diobral asing Rp81 miliar sehingga harganya turun 3,4 persen.

Dari 11 indeks sektoral, hanya indeks sektor kesehatan yang menguat, yakni 0,24 persen. Sementara itu, 10 indeks lainnya turun dengan kemerosotan terbesar pada indeks sektor industri, yakni hingga 3,61 persen atau 39,22 poin.

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Tren Obligasi 2022 hingga Perkembangan Varian Omicron

Orang-orang mengantre untuk tes Covid-19 di jalan raya Ealing tempat varian virus Corona SARS-CoV-2 baru yang berasal dari Afrika Selatan ditemukan, di London Barat, Inggris (2/2/2021)./Antara/Reuters-Henry Nicholls

Kasus Covid Omicron, Afsel Harusnya Diapresiasi, Bukan Dihukum

Afrika Selatan mengeluh sedang dihukum, bukannya dipuji, karena menemukan Omicron, varian baru Covid-19.

Kementerian Luar Negeri Afsel membuat pernyataan itu ketika negara-negara di seluruh dunia membatasi perjalanan dari negara-negara di Afrika bagian selatan, termasuk Afsel, ketika perincian penyebaran muncul.

Bukti awal menunjukkan Omicron memiliki risiko infeksi ulang Covid-19 yang lebih tinggi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Jumat (26/11/2021) bahwa varian baru sedang “dalam perhatian".

Beberapa kasus telah diidentifikasi di Eropa, termasuk dua di Inggris dan satu di Belgia. Kasus dugaan tunggal juga ditemukan di Jerman dan Republik Cheska. Varian baru juga telah terdeteksi di Botswana, Hong Kong, dan Israel.

Ratusan penumpang yang tiba di Belanda dari Afsel sedang diuji untuk varian baru. Sedikitnya 61 orang dalam dua penerbangan KLM positif Covid-19 dan telah dikarantina di hotel dekat Bandara Schiphol Amsterdam, sementara mereka menjalani tes lebih lanjut, kata pejabat Belanda seperti dilansir BBC pada Sabtu (27/11/2021) tengah malam WIB.

Belanda tengah berjuang dengan lonjakan kasus yang memecahkan rekor. Penguncian sebagian yang diperpanjang mulai berlaku di negara itu pada Minggu (29/11/2021) waktu setempat.

Varian Omicron baru pertama kali dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), badan Perserikatan Bangsa-Bangsa, dari Afsel pada 24 November.

Potensi Penerbitan Obligasi Rp46,8 Triliun Sektor Pembiayaan

Gairah penggalangan dana lewat instrumen obligasi pada 2022 diperkirakan ramai dengan nilai Rp46,8 triliun yang berasal dari instrumen jatuh tempo.

Para analis memprediksikan kegiatan penggalangan dana melalui surat utang yang dilakukan oleh perusahaan pembiayaan tergolong lesu dan kebutuhan dana digeser ke tahun depan.

Sektor pembiayaan yang terdiri dari sektor multifinance swasta, lembaga keuangan khusus, dan lembaga pembiayaan diproyeksi bakal bangkit jelang akhir periode 2021.

Namun, menilik realisasinya yang masih terbilang sepi hingga kuartal III/2021, proyeksi tersebut kembali digeser buat periode 2022.

Penyebabnya, para pelaku usaha pembiayaan memang hanya bisa mengandalkan sumber pendanaan dari dua hal, yaitu pinjaman perbankan dan pasar modal lewat penerbitan surat utang.

Menurutnya, pendanaan lewat pasar modal dari ketiga sektor ini memang terbilang masih belum menjadi prioritas, selain karena lonjakan kasus Covid-19 Jilid II, juga karena fasilitas pendanaan dari perbankan sedang melimpah sekaligus memiliki biaya dana atau cost of fund murah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper