Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Simak! Ramalan OCBC NISP untuk IHSG, Pasar Obligasi, dan Rupiah Akhir 2021

Bank OCBC NISP memberikan proyeksi mengenai IHSG, pasar obligasi, dan nilai tukar rupiah pada akhir 2021.
Papan elektronik yang menampilkan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (22/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Papan elektronik yang menampilkan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (22/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Bank OCBC NISP merilis market outlook terkait dengan indeks harga saham gabungan (IHSG), pasar obligasi, dan mata uang rupiah pada sisa 2021.

Wealth Management Head Bank OCBC NISP, Juky Mariska mengatakan bahwa IHSG akan bergejolak pada November 2021 dengan adanya pelemahan. Adapun per Oktober, IHSG tercatat naik 4,8 persen. Ini merupakan kenaikan per bulan terbesar kedua pada 2021.

Mariska menilai sentimen pasar pada Oktober didukung oleh beberapa faktor. Katalis positif yang utama adalah angka Covid-19 berada di level terendah, yakni 500 kasus per hari. Kenaikan di pasar saham juga didukung oleh masuknya dana asing sebanyak US$918 juta.

“Setelah rebound yang kuat bulan lalu, kami memperkirakan bahwa IHSG akan bergejolak bulan ini dengan adanya pelemahan. Namun demikian, kami melihat bahwa bulan Desember akan menjadi bulan untuk window dressing, sehingga IHSG diperkirakan akan ditutup di 6.700 – 6.900,” ujar Mariska dalam keterangan tertulis, Rabu (24/11/2021).

Dari sisi obligasi, Mariska mengatakan bahwa sebelum terjadinya tapering, pasar obligasi terus mengalami penguatan. Obligasi pemerintah dengan 10 tahun jatuh dari 6,26 persen ke 6,06 persen pada Oktober 2021.

Menurutnya, dukungan berkelanjutan dari bank sentral dengan skema pembagian beban, bersama dengan berkurangnya supply obligasi telah menjadi katalis untuk pasar obligasi. Penguatan ini juga didukung dengan menguatnya rupiah pada Oktober.

Namun, kata Mariska, pengumuman yang dibuat oleh the Fed untuk mulai mengurangi pembelian aset secara bertahap sebelum akhir November telah menjadi tekanan bagi pasar obligasi. Namun, pada awal November, pemerintah mengumumkan untuk menghentikan pelelangan obligasi karena target 2021 telah tercapai.

“Sehingga, kini kami memperkirakan bahwa obligasi pemerintah dengan tenor 10 tahun akan diperjualbelikan di level 6 persen hingga 6,3 persen sampai akhir tahun,” pungkasnya.

Sementara untuk rupiah, Mariska mengatakan bahwa dengan kondisi ekonomi yang saat ini berada di fase pemulihan, prospek pertumbuhan ekonomi terlihat semakin jelas. OCBC NISP memperkirakan USD/IDR akan diperjualbelikan di 14.150 – 14.450 selama sisa 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper