Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Simak Strategi Adaro (ADRO) Hadapi Potensi Turunnya Harga Batu Bara 2022

ADRO akan fokus pada keunggulan operasional bisnis inti, meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasi.
Kegiatan pertambangan batu bara di wilayah operasional PT Adaro Energy Tbk./adaro.com
Kegiatan pertambangan batu bara di wilayah operasional PT Adaro Energy Tbk./adaro.com

Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara diprediksi bakal menurun pada 2022 mendatang, di kisaran US$100 per ton, dibandingkan dengan harganya pada tahun ini yang sempat mencapai US$250 per ton.

Menanggapi hal ini, Head of Corporate Communication Division PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) Febriati Nadira mengatakan bahwa Adaro akan terus mengikuti perkembangan pasar.

“Kami akan tetap menjalankan kegiatan operasi sesuai rencana di tambang-tambang milik perusahaan dengan terus berfokus untuk mempertahankan marjin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (23/11/2021).

Emiten bersandi ADRO ini juga akan fokus pada keunggulan operasional bisnis inti, meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasi, dan menjaga kas dan mempertahankan posisi keuangan yang solid.

Sebelumnya, PT Mirae Asset Sekuritas meramal harga batu bara akan turun pada 2022 ke kisaran US$100. Hal itu lantaran potensi permintaan yang lebih rendah dari China dan India, karena lonjakan produksi batu bara domestik pada 2022, dan terganggunya energi terbarukan.

“Kami memperkirakan transisi untuk energi terbarukan masih akan menantang dalam waktu dekat, dan asumsi harga batu bara sebesar US$100 per ton pada 2022 masih menguntungkan bagi industri batu bara Indonesia,” ujar Analis Mirae Asset Sekuritas Juan Harahap.

Selain itu, Fitch Ratings Singapura juga memprediksikan permintaan batu bara ke Indonesia akan melambat pada 2022. Namun, Fitch Ratings Singapura memprediksikan harga batu bara masih akan bertahan di posisi tinggi sampai akhir 2021.

“Kami memperkirakan volume batu bara pada semester II/2022 akan menurun karena adanya berbagai gangguan seperti kondisi cuaca. Sementara untuk biaya-biaya operasional akan tetap tinggi lantaran banyak tambang yang menaikkan stripping ratio [pengupasan tanah] untuk mendorong fleksibilitas operasional jangka panjang,” tulis Fitch Ratings.

Dengan posisi keuangan yang kuat, setelah mencetak pendapatan bersih US$1,56 miliar atau naik 15 persen pada semester I/2021 dibandingkan dengan period eyang sama tahun sebelumnya, ADRO optimistis masih bisa mencetak kinerja positif sampai akhir 2021.

Adapun, pada tahun ini ADRO menargetkan produksi batu bara 52-54 juta ton. Per kuartal III/2021, ADRO juga sudah mendapat tambahan produksi dan penjualan mencapai 13 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper